Inti ajaran Marcus Aurelius adalah tentang bagaimana kita dapat hidup tenang dan damai, meskipun dunia di sekitar kita penuh masalah dan ketidaksempurnaan. Kuncinya ada pada cara kita melihat dunia. Jadi, filosofi ini mengajarkan kita tentang ketenangan batin melalui penerimaan dan berpikir positif terhadap hal-hal yang tidak dapat diubah.Â
Langkah pertamanya adalah, ketika masalah datang misalnya, janji dibatalkan, kita harus melihatnya tanpa emosi. Langkah selanjutnya adalah menerima yang tidak dapat kita ubah, setelah melihat fakta secara rasional, kita harus memisahkan mana yang bisa kita ubah (reaksi kita) dan mana yang tidak (keputusan orang lain). Conversio adalah penerimaan terhadap kenyataan yang sudah terjadi atau hal-hal yang di luar kendali kita. Yang terakhir adalah menjaga ketenangan di tengah kekacauan, karena kita sudah menerima hal-hal di luar kendali, energi kita tidak terbuang untuk mengeluh atau panik. Sebaliknya, energi tersebut dialihkan untuk menjaga fokus pada pikiran kita sendiri agar tetap tenang dan stabil, meskipun lingkungan luar sedang kacau.
Dalam konteks filosofi Stoisisme, Conversio dapat dimaknai sebagai proses perubahan atau pembalikan arah batin manusia.  Arah batin manusia pada umumnya adalah keluar. Kita ingin mengubah dunia luar, mengontrol tindakan orang lain, dan mengharapkan peristiwa berjalan sesuai keinginan kita. Jika dunia gagal memenuhi harapan, kita bereaksi negatif (marah, kecewa, stres). Inti dari conversio ini adalah menggambarkan pergeseran kesadaran dari luar ke dalam , dari keinginan mengubah dunia yang mustahil, menjadi kemampuan mengubah diri sendiri. Dengan fokus pada pikiran positif dan menerima hal yang tidak dapat diubah, kita menemukan ketenangan batin.
Metode Latihan (Askesis)
Kata askesis berasal dari bahasa Yunani sksis, yang berarti latihan atau disiplin diri. Dalam ajaran filsafat Stoik, askesis bukan hanya latihan fisik, tetapi juga latihan rohani dan mental untuk melatih pikiran agar tetap tenang, tetap rasional, dan tetap bijak dalam menghadapi berbagai situasi hidup. Tujuan utama askesis adalah agar seseorang dapat mengendalikan pikirannya sendiri, bukan dikendalikan oleh keadaan atau orang lain.
Ia pernah menulis:
"The mind must stand straight, not be held straight by others."
(Pikiran harus berdiri tegak sendiri, bukan disangga oleh hal-hal dari luar.)
Artinya, kekuatan sejati bukan berasal dari dunia luar, tetapi dari kemampuan kita menjaga keteguhan batin.
Dalam latihan Stoik, ada prinsip penting untuk membedakan dua hal utama: