Mohon tunggu...
Salsabilla Aulia Azmi
Salsabilla Aulia Azmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Calon orang sukses

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Persepsi Gen Z terhadap Normalisasi Hubungan Pacaran Beda Agama dalam Perspektif Islam

23 Mei 2024   18:41 Diperbarui: 23 Mei 2024   18:55 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di zaman yang modern ini, kita semua pasti sudah tidak asing lagi dengan kata "Gen Z". Generasi Z atau yang sering disingkat Gen Z ialah mereka yang lahir pada tahun 1997 sampai tahun 2012. Gen Z dikenal sebagai generasi yang bergantung kepada teknologi, khususnya internet dan media sosial. Oleh karena itu, Di era Gen Z saat ini tentunya tidak asing dengan istilah pacaran, pacaran sudah menjadi hal wajar di kalangan Gen Z. Secara terminologi, pacaran dapat dipahami sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh dua orang berlainan jenis yang hubungannya didasari oleh perasaan romantis. Normalisasi pacaran mengarah pada pengakuan bahwa pacaran merupakan salah satu cara untuk menjalin hubungan interpersonal.

Banyak remaja di zaman sekarang tergila-gila dengan hubungan pacaran, yang marak terjadi diantaranya ialah pacaran beda agama. Pacaran beda agama mengacu pada hubungan romantis antara dua individu yang memiliki keyakinan agama atau kepercayaan spiritual yang berbeda. Ini adalah fenomena yang cukup umum sehingga hampir dinormalisasikan di banyak masyarakat, terutama kalangan remaja Gen Z yang semakin terbuka terhadap keragaman agama dan budaya.

Normalisasinya hubungan pacaran di kalangan remaja Gen Z berhubungan dengan proses pubertas remaja saat ini yang tidak lepas dari pengaruh globalisasi yang menyebar tanpa terkendali. Pengaruh budaya luar yang bersifat negatif secara perlahan tapi pasti terus menggerus karakter anak bangsa. Pengaruh globalisasi juga cenderung mengarah pada pergaulan bebas antara remaja dengan lawan jenis dan mulai merambah budaya Barat yang sangat berbeda dengan budaya lokal sehingga memunculkan fenomena pacaran ala Barat yang kini sudah dinormalisasi oleh sebagian besar remaja Gen Z.

Namun dalam sudut pandang agama Islam, berpacaran dilarang karena hal tersebut mirip dengan perzinaan dan akan berdampak negatif. Zina bisa disebut sebagai perbuatan seksual antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang tidak berada dalam hubungan pernikahan. Larangan perbuatan tersebut dijelaskan dengan sangat jelas dalam Al-Qur'an surat al-Isra': 32 yang menjelaskan bahwa mendekati zina saja dinilai haram, apalagi sampai melakukan perilaku tersebut. Sabda Rasulullah SAW, 

"Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya." (H. R. Ahmad no. 15734). 

Dalam pacaran, di dalamnya pasti terdapat unsur perbuatan yang cenderung memiliki keinginan untuk berduaan, dan melakukan hal-hal yang menjerumus ke zina. Oleh sebab itu, Islam melarang keras tindakan-tindakan yang mendekati zina. Sebab, jika sudah terjerumus, zina akan memberi efek negatif yang fatal bagi para pelakunya. Hal ini juga diperkuat dengan perintah Allah SWT dalam Q.S. An-nur ayat 30, yang Artinya: 


"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." QS. An-Nuur [24]: 30. Kemudian di ayat selanjutnya, Allah berfirman yang artinya: 

"Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : "Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan kemaluannya." QS. An-Nuur [24] : 31. 

Oleh karena itu, Jika tindakan pacaran beda agama terus dilakukan, sedikit demi sedikit akan mengikis iman seseorang sehingga ia mampu mempertaruhkan iman demi bisa bersama orang yang dicintainya. Kasus seperti ini pernah terjadi dikalangan seorang artis public figure muslim yang menjalani hubungan pacaran beda agama dengan kekasih yang sama profesi dengannya. Ia rela murtad atau meninggalkan Islam hanya demi menikah dengan kekasihnya. Kasus pacaran beda agama di mana salah satu pasangan murtad, atau meninggalkan agamanya demi hubungan itu, dapat menjadi situasi yang mencerminkan lemahnya keimanan seseorang. 

Dalam hubungan Pacaran beda agama juga dapat menimbulkan berbagai konflik yaitu konflik batin dan konflik dengan keluarga. Konflik batin yang dijalani oleh pasangan beda agama adalah adanya rasa keraguan dengan apa yang dilakukannya serta konflik dengan anggota keluarga berupa kekhawatiran jika salah satu anggota keluarga melakukan perpindahan agama dan tidak direstuinya hubungan mereka disebabkan oleh berbeda keyakinan.

Selain itu, jika kita meninjau dari segi dampak di masa depan, hal ini juga berpengaruh/berdampak pada anak mereka jika hubungan ini sudah memasuki jenjang pernikahan, yaitu terputusnya nasab anak kepada ayahnya dan dialihkan ke nasab ibunya begitupun sebaliknya tergantung orang tua si anak mana yg Muslim dan non-Muslim, Sehingga berkonsekuensi anak tidak dapat mewarisi harta benda orang tuanya sebab hukum Islam melarang pernikahan beda agama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun