Mohon tunggu...
Nadia Salsabilla
Nadia Salsabilla Mohon Tunggu... Universitas Lambung Mangkurat

Saya Nadia Salsabilla Mahasiswa Program Studi Geografi di Universitas Lambung Mangkurat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsep Dasar Pengindraan Jauh

10 Oktober 2025   22:35 Diperbarui: 10 Oktober 2025   22:39 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://crisp.nus.edu.sg/~research/tutorial/optical.htm

Di era teknologi yang serba canggih, manusia tidak lagi harus turun langsung ke lapangan untuk memahami kondisi bumi. Cukup dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh (remote sensing), kita bisa mengetahui perubahan hutan, memantau banjir, melihat perkembangan kota, hingga mengukur suhu permukaan bumi  semuanya dari luar angkasa.

Teknologi ini bukan lagi hal baru. Namun, seiring perkembangan satelit, sensor, dan kecerdasan buatan, penginderaan jauh kini menjadi salah satu pilar utama dalam penelitian geografi, lingkungan, dan perencanaan wilayah.

Secara sederhana, penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk mendapatkan informasi tentang permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek yang diamati. Teknologi ini bekerja dengan mendeteksi energi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan oleh objek di permukaan bumi, kemudian direkam oleh sensor yang biasanya terpasang di satelit, pesawat udara, atau drone.
Sistem penginderaan jauh memiliki beberapa komponen penting yang saling berhubungan. Pertama, sumber energi yang menjadi tenaga utama untuk mendeteksi objek. Energi ini bisa bersifat alami, seperti cahaya matahari pada sensor pasif, atau buatan seperti gelombang radar pada sensor aktif. Kedua, atmosfer sebagai media yang dilalui energi dari sumber menuju permukaan bumi dan kembali ke sensor. Ketiga, objek di permukaan bumi seperti air, tanah, vegetasi, dan bangunan yang memantulkan atau menyerap energi dengan karakteristik berbeda-beda. Keempat, sensor sebagai alat perekam energi pantulan yang menghasilkan data digital. Kelima, data atau citra sebagai hasil perekaman yang diolah untuk berbagai analisis, dan terakhir, pengguna yang memanfaatkan data tersebut untuk pengambilan keputusan, penelitian, atau perencanaan.

Proses penginderaan jauh dimulai ketika energi elektromagnetik mengenai permukaan bumi. Energi tersebut sebagian dipantulkan kembali, sebagian diserap, dan sebagian lagi diteruskan. Sensor kemudian merekam energi pantulan tersebut, mengubahnya menjadi sinyal digital, lalu menghasilkan citra satelit. Citra ini diolah menggunakan perangkat lunak seperti QGIS, ArcGIS, ENVI, atau Google Earth Engine, hingga akhirnya bisa diinterpretasi untuk mengetahui kondisi permukaan bumi. Melalui proses ini, para peneliti dapat memantau perubahan penggunaan lahan, kerapatan vegetasi, suhu permukaan, hingga dinamika wilayah perkotaan dengan akurasi yang tinggi.
Penginderaan jauh memiliki banyak kelebihan. Teknologi ini mampu mencakup wilayah yang luas dalam waktu singkat, efisien secara biaya, serta dapat menjangkau daerah yang berbahaya atau sulit diakses. Selain itu, penginderaan jauh juga menyediakan data multitemporal, yang artinya memungkinkan kita memantau perubahan suatu wilayah dari waktu ke waktu. Namun, teknologi ini juga memiliki keterbatasan. Sensor pasif, misalnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca dan pencahayaan. Proses analisis citra juga membutuhkan keahlian teknis yang memadai, dan beberapa sensor memiliki batas resolusi tertentu. Meski begitu, perkembangan teknologi satelit modern terus mengurangi keterbatasan tersebut, menjadikan penginderaan jauh semakin akurat dan mudah diakses.

Dalam kehidupan nyata, penginderaan jauh memiliki peran yang sangat luas. Dalam bidang lingkungan, teknologi ini digunakan untuk memantau hutan dan mendeteksi deforestasi, kebakaran lahan, serta perubahan tutupan vegetasi. Dalam mitigasi bencana, citra satelit membantu memetakan wilayah terdampak banjir, longsor, atau kekeringan dengan cepat dan akurat. Di bidang pertanian, penginderaan jauh menjadi dasar pertanian presisi, membantu petani memantau kelembapan tanah, tingkat kesuburan, dan kesehatan tanaman. Dalam perencanaan kota, data citra digunakan untuk mengidentifikasi pola pertumbuhan permukiman dan infrastruktur, mendukung tata ruang yang berkelanjutan. Bahkan dalam studi iklim, data satelit membantu ilmuwan memantau suhu global, emisi karbon, dan perubahan pola cuaca dari tahun ke tahun.

Beberapa platform digital kini mempermudah akses data penginderaan jauh bagi publik. Google Earth Engine, misalnya, memungkinkan pengguna menganalisis ribuan dataset satelit secara daring tanpa harus mengunduh data besar. NASA Worldview menampilkan citra bumi secara real-time, sementara USGS EarthExplorer menyediakan data Landsat dan ASTER secara gratis. Selain itu, Copernicus Open Access Hub dari Uni Eropa dan OpenForis SEPAL dari FAO menyediakan data Sentinel dan analisis perubahan hutan global. Platform-platform ini membuat penginderaan jauh menjadi lebih terbuka, interaktif, dan dapat dimanfaatkan oleh siapa pun.

Lebih dari sekadar alat pemetaan, penginderaan jauh berperan penting dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Melalui citra satelit, kita dapat memantau kerusakan lingkungan, menilai daya dukung lahan, mengontrol perluasan wilayah perkotaan, dan menyusun kebijakan berbasis data ilmiah. Dalam konteks perubahan iklim, teknologi ini membantu mengukur peningkatan suhu global, mencatat perubahan lapisan es, serta menilai dampak aktivitas manusia terhadap bumi.

Penginderaan jauh pada akhirnya bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang kesadaran manusia untuk menjaga planet ini. Dengan "melihat bumi dari langit", kita bisa memahami dinamika alam dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Seperti kata pepatah modern, "Kita tidak bisa menjaga apa yang tidak kita lihat." Melalui penginderaan jauh, kini kita dapat melihat bumi lebih jelas, memahami setiap perubahannya, dan berkontribusi untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun