Mohon tunggu...
Vaya Luthfi Salsabila
Vaya Luthfi Salsabila Mohon Tunggu... Lainnya - medical student

Tulislah sesuatu yang bermanfaat untuk dunia dan akhiratmu

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Perempuan dan Pendidikan

3 Mei 2020   14:59 Diperbarui: 24 Oktober 2021   18:47 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekumpulan manusia yang diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui pengajaran, pelatihan, dan penelitian. Secara etimologis, pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu. Tepat pada tanggal 2 Mei diperingati Hari Pendidikan Nasional. Alasan dibalik penetapan hari bersejarah tersebut tak lepas dari jasa-jasa seorang Bapak Pendidikan. Tanggal 2 Mei 1889 adalah hari kelahiran Ki Hajar Dewantara. Penetapan Hardiknas ini dituangkan dalam Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959. 

Perempuan dengan tabiat utamanya adalah menjadi pendidik pertama bagi anak-anak bangsa ini. Tidak sesempit stereotipe yang menjamur dikalangan masyarakat yang konon katanya perempuan hanya di dapur saja. Tidak ada masalah dengan hal ini, sebab setiap kepala punya pola pikir masing-masing. Satu yang menjadi kendala, jika semua harus berpijak pada statement yang sama, dengan kondisi dan kebutuhan yang berbeda-beda. 

Bukankah perempuan dilahirkan untuk melahirkan peradaban? Mari bernostalgia dengan sosok-sosok pendobrak kejayaan Islam di masa lalu. Peradaban yang maju dikala itu, dinamika peradaban Islam yang disebut "islamic golden age"  di bawah pemerintahan Harun Al-Rasyid dan Al Ma'mun. Periode dengan  rentang sekitar abad 8 Masehi hingga 13 Masehi yang sukses melahirkan Bayt al Hikmah (750-1258). Sebagai pusat studi, perpustakan, sekaligus Universitas terkemuka di dunia pada kalanya. Pada kenyataannya, sumbangsih kaum Muslimah juga tampak bahkan tidak hanya pada bidang tertentu,  kontribusi di berbagai bidang jelas adanya. Adalah Zubaida istri Khalifah Harun Al-Rasyid pada masa puncak kejayaan Abbasiyah. Meski hidup sebagai pendamping yang bergelimang harta, raganya tidak hanya diam di rumah, pikirannya terbang ke penjuru masyarakat guna membangun infrastruktur untuk kemashlahatan rakyatnya. Sebut saja Sutaita, yang hidup di paruh kedua abad ke-10 dengan kemahirannya sebagai ahli aritmatika. 

Oleh karena sejumlah tulisan berbicara bahwa kecerdasan diwariskan dari ibu, maka seorang perempuan juga berhak cerdas. Berhak cerdas dengan segala minat dan bakatnya. Memberi peluang bagi setiap muslimah untuk menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri.  Akan tetapi tidak terlepas dari sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa sallam tentang "Fitnah wanita", maka seyogyanya muslimah dengan segala kreatifitasnya tetap dalam koridor Islam. Tidak meninggalkan hal-hal yang menjadi tanggung-jawabnya terhadap keluarga. Muslimah, jangan takut untuk berpendidikan, karena dirimulah madrasah pertama bagi anakmu kelak.


  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun