Mohon tunggu...
Salsabila NurHayca
Salsabila NurHayca Mohon Tunggu... Desainer - Mahasiswa Universitas Siber Asia

Salsabila Nur Hayca_Mahasiswa Universitas Siber Asia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyelesaikan Konflik Vaksinasi di Tengah Perdebatan, Bagaimana Masyarakat Harus Bersikap?

28 Juli 2021   15:39 Diperbarui: 28 Juli 2021   15:44 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh SHVETS production dari Pexels 

Di tengah perdebatan mengenai vaksinasi di akhir akhir ini sering menimbulkan pro dan kontra di berbagai lapisan masyarakat. Ada yang mendukung vaksin, dan ada juga yang meragukan keefektifan dan keampuhan vaksin Covid-19. Ini yang membuat konflik tidak ada ujungnya, karena banyaknya yang menganut teori konspirasi dengan berbagai alasannya.

Alih-alih memberikan solusi pada penyelesaian pandemi, kegaduhan yang ditimbulkan pada akhirnya hanya berujung pada debat kusir dan menjadi bola liar di media sosial. 

Kita sebagai masyarakat di tengah melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia tidak perlu buang-buang waktu karena ada banyak sesuatu yang lebih konkrit dan lebih efektif yang harus kita lakukan karena ini masalah kita bersama yang harus kita selesaikan bersama.

Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan sekitar 36,4 persen masyarakat yang tidak bersedia menerima vaksinasi Covid-19. Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan mengatakan, hal tersebut diketahui dari hasil survei yang dilakukan pihaknya pada 22-25 Juni 2021 terhadap 1.200 responden dari 34 provinsi. 

Survei dilakukan menggunakan metode simple random sampling dengan tingkat kesalahan 2,8 persen.

Dalam konferensi pers secara virtual, Minggu (18/7) "Masih banyak yang tidak bersedia untuk divaksin, masih 36,4 persen. Ini juga tantangan bagi program vaksinasi pemerintah"

Sudah banyak negara yang mulai pulih dari keadaan pandemi ini dan mulai hidup normal kembali dengan tingginya vaksin rate menjadi kunci pemulihan, seperti Singapura, Vietnam, Jepang, Korea, Inggris, Spanyol, Italia, Australia, Amerika, UAE, Qatar, Arab Saudi.

Masih banyak di masyarakat kita tidak percaya dengan vaksin, disinilah perdebatan itu muncul. Kita bisa lihat contoh negara yang mengabaikan protokol kesehatan, mereka menganggap Covid itu tidak ada, beraktifitas seperti biasa dan menyelenggarakan acara acara besar, yaitu India.

Di India pada awal tahun 2021 meningkat sangat pesat, masyarakat india kekurangan tabung oksigen, bahkan negara sebesar India ini harus menggantungkan hidupnya dari bantuan-bantuan negara lain dan sekarang keadaannya belum benar-benar pulih. Sementara itu faktanya India adalah salah satu negara penghasil vaksin terbanyak dan tercepat di dunia.

Lalu mengapa ini bisa terjadi? Karena mayoritas masyarakat India tidak percaya vaksin, jumlahnya pun tidak mencapai 10 persen. Ini menjadi perhatian bagi masyarakat indonesia agar tidak menganggap remeh Covid-19.

Data berdasarkan Google
Data berdasarkan Google

Bagaimana masyarakat bersikap?

Melakukan vaksin, kita sudah mempunyai contoh negara-negara yang berhasil pulih dari keadaan pandemi dan berangsur-angsur hidup normal kembali, kita juga punya contoh negara yang mengabaikan kepentingan vaksin dan harus mengalami situasi yang mengerikan ini. 

Di Amerika, Pemerintahan Amerika Serikat (AS) mengizinkan warganya untuk beraktivitas tanpa menggunakan masker. Namun, dengan syarat harus sudah melakukan vaksinasi Covid-19 secara penuh atau dua kali.

Program vaksin dengan mengedukasi masyarakat sedang gencar dilakukan pemerintah agar masyarakat Indonesia bisa seperti negara yang vaksin ratenya tinggi. Kita pun sebagai masyarakat pada akhirnya untuk menyelesaikan masalah ini seberapa besar keinginan kita untuk mendengarkan dan mematuhi anjuran pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun