Mohon tunggu...
Salsabila
Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswi

Saya Salsabila Mahasiswi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar di Era Pandemi COVID-19 yang Berdampak pada Pasar Modal

10 Juli 2024   23:06 Diperbarui: 10 Juli 2024   23:12 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nilai Tukar

Perubahan dalam faktor-faktor makroekonomi seperti nilai tukar dan tingkat inflasi memiliki dampak yang signifikan terhadap harga saham dalam suatu negara. Nilai tukar atau kurs mata uang adalah salah satu faktor makroekonomi yang mempengaruhi pergerakan harga saham. Apresiasi nilai rupiah terhadap mata uang asing dianggap menguntungkan bagi investor karena menunjukkan stabilitas ekonomi. Investor cenderung lebih tertarik untuk berinvestasi dalam saham ketika nilai tukar rupiah menguat, karena hal ini mencerminkan kondisi ekonomi yang sehat. Sebaliknya, depresiasi nilai tukar rupiah yang mengindikasikan penguatan mata uang asing dapat dianggap sebagai sinyal tantangan ekonomi, yang kemungkinan mengurangi minat investor untuk berinvestasi dalam saham. Penurunan permintaan saham dapat mengakibatkan penurunan harga saham.

Nopirin (2013) menjelaskan bahwa ketika terjadi pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, terdapat perbandingan nilai atau harga antara keduanya yang dikenal sebagai kurs (exchange rate). Sementara itu, Kuncoro (2001:14) mendefinisikan kurs mata uang sebagai harga mata uang ketika ditukar dengan mata uang lain. Nilai kurs mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran mata uang tersebut, mirip dengan mekanisme penentuan harga barang. Prinsip ini juga berlaku pada kurs rupiah: apabila permintaan terhadap rupiah lebih tinggi daripada penawaran, maka nilai kurs rupiah akan menguat; sebaliknya, jika penawaran lebih tinggi daripada permintaan, kurs rupiah akan melemah. (Achmad Fauzi, 2023)

Selanjutnya, terdapat tiga faktor utama yang memengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu sebagai berikut:

  • Faktor Fundamental
  • Faktor fundamental terkait dengan indikator ekonomi seperti inflasi, tingkat suku bunga, perbedaan pendapatan relatif antar-negara, ekspektasi pasar, dan intervensi dari Bank Sentral.
  • Faktor Teknikal
  • Faktor teknikal melibatkan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada waktu-waktu tertentu. Apabila permintaan melebihi penawaran, nilai valuta asing akan naik, dan sebaliknya jika penawaran melebihi permintaan.
  • Sentimen Pasar
  • Sentimen pasar dipicu oleh rumor atau berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat menyebabkan fluktuasi harga valuta asing secara signifikan dalam jangka pendek. Setelah efek dari rumor atau berita ini mereda, nilai tukar cenderung kembali ke kondisi normal.
  • Pasar Modal

Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara karena Pasar modal membentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penggerakan dana untuk menunjang perekonomian negara. Semakin penting peranan pasar modal terhadap perekonomian suatu negara, maka semakin sensitive pasar modal terhadap hal-hal yang mempengaruhinya. Menurut Samsul (2016), investasi melalui pasar modal menjadi prioritas utama bagi setiap negara, terutama karena perannya yang krusial dalam memperkuat ketahanan ekonomi. 

Untuk memastikan investasi dapat bertahan lama di negaranya, pemerintah perlu mempertahankan stabilitas politik dan nilai mata uang serta mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pasar modal menurut UU Pasar Modal RI No.8 Tahun 1995 adalah kegiatan yang meliputi penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik terkait dengan efek yang diterbitkannya, dan lembaga profesi yang terlibat dalam efek tersebut. (Nisa Alfira) Pasar modal memainkan peran penting dalam perekonomian suatu negara, yang tercermin melalui dua fungsi utamanya: fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Secara ekonomi, pasar modal berperan sebagai sarana bagi perusahaan untuk mengumpulkan dana dari investor. Sementara itu, secara keuangan, pasar modal menawarkan potensi imbal hasil (return) sesuai dengan jenis investasi yang dipilih oleh investor, seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lainnya. Berikut adalah beberapa manfaat dari keberadaan pasar modal yang dapat mempengaruhi pihak-pihak berikut, menurut Anoraga (2001):

  • Pemerintah

Adanya pasar modal sejalan dengan prinsip demokrasi dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan menyebarkan hasil pembangunan secara merata.

  • Dunia Usaha

Pasar modal menjadi opsi alternatif bagi perusahaan untuk mengumpulkan dana melalui penawaran umum saham. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan perusahaan untuk melakukan ekspansi. Dampak positifnya termasuk penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, pemanfaatan teknologi, dan optimalisasi sumber daya alam yang tersedia.

  • Investor

Pasar modal merupakan salah satu sarana untuk mengalokasikan dana, selain dari deposito berjangka, tabungan, dan investasi pada aset riil. Kehadiran pasar modal akan meningkatkan beragamnya pilihan investasi bagi investor.

  • Lembaga Penunjang Pasar Modal

Pertumbuhan pasar modal akan mendorong lembaga-lembaga penunjangnya untuk mengembangkan profesionalisme dalam menyediakan layanan yang sesuai dengan bidang masing-masing.

Pasar modal di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang pesat dan sangat dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi. Variabel makroekonomi seperti inflasi, nilai tukar mata uang, dan tingkat suku bunga seringkali berdampak signifikan terhadap perekonomian. Perubahan pada salah satu variabel ini dapat berpengaruh berbeda-beda terhadap harga saham; beberapa saham bisa mengalami dampak positif sementara yang lain mungkin mengalami dampak negatif (Muklis, 2016). Sebagai contoh, perusahaan yang banyak melakukan impor akan terpengaruh negatif jika terjadi depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika, yang akan berdampak negatif terhadap harga saham perusahaan tersebut.

  • Pandemi Covid-19

Sejak tanggal 2 Maret hingga 30 September 2020, jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 287.026 orang. Perkembangan kasus Covid-19 yang terus meningkat. Memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian nasional, khususnya di pasar modal. Investor global menunjukkan gejala kepanikan dengan kecenderungan untuk menyimpan kekayaan mereka dalam aset yang dianggap aman, sambil menghindari aset berisiko seperti mata uang yang rentan terhadap fluktuasi, termasuk Rupiah, dan aset-aset seperti saham.

Sumber: Covid19.go.id

Menurut Muhadjir Effendy (2020), pandemi virus Corona atau COVID-19 tidak hanya mengganggu sektor kesehatan tetapi juga memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian negara-negara di seluruh dunia. Efek pandemi ini di Indonesia dikatakan lebih parah dibandingkan dengan krisis ekonomi tahun 1998. Sejak pemerintah Indonesia mengumumkan kasus pertama COVID-19 pada 2 Maret 2020, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika mencapai titik terlemahnya sekitar Rp.16.367 per dolar Amerika pada tanggal 2 April 2020. Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh sikap pesimistis pelaku bisnis dan ekonomi terhadap kebijakan pemerintah dalam menangani COVID-19.

Salah satu faktor ekonomi global yang mempengaruhi pergerakan indeks saham tahun 2020 adalah Pandemi Covid-19. Menurut World Health Organization (WHO) (2020), Covid-19 adalah virus yang menyerang sistem pernapasan manusia. Kasus pertama Covid-19 muncul di Wuhan pada 30 Desember 2019 dan mencapai Indonesia pada 2 Maret 2020, seperti yang dijelaskan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia. Penyebaran virus yang cepat di Indonesia menimbulkan kekhawatiran dan kepanikan di masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha. Sebagai respons, pemerintah mengambil langkah-langkah pencegahan seperti social distancing, penutupan sekolah, work from home untuk pekerja formal, penundaan dan pembatalan acara pemerintah dan swasta, penghentian transportasi umum, serta penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai daerah di Indonesia. Larangan mudik juga berdampak pada perlambatan roda ekonomi.

Pandemi Covid-19 berdampak negatif terhadap operasional perusahaan dengan menimbulkan penurunan laba yang signifikan bahkan kerugian. Kondisi tidak stabil ini menjadi indikator buruk bagi investor, yang mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan secara drastis. Temuan ini konsisten dengan penelitian Nurmasari (2020), yang mencatat penurunan harga saham yang signifikan sejak munculnya pandemi Covid-19 di Indonesia. Penelitian ini juga sejalan dengan hasil studi Chowdhury & Abedin (2020) yang menunjukkan pasar saham Amerika Serikat bereaksi negatif terhadap kasus Covid-19. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kasus Covid-19 berdampak pada penurunan abnormal return di pasar saham Amerika Serikat. Investor cenderung panik terhadap dampak pandemi terhadap ekonomi global, yang mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan secara umum. (Dwijayanti, 2021)

Perubahan dalam variabel makroekonomi seperti nilai tukar dan inflasi dapat berdampak signifikan terhadap harga saham dalam perekonomian suatu negara. Nilai tukar atau kurs adalah faktor makroekonomi yang mempengaruhi pergerakan harga saham. Penguatan nilai rupiah terhadap mata uang asing dianggap positif bagi investor karena menandakan kondisi ekonomi yang stabil. Investor cenderung berinvestasi dalam saham ketika nilai tukar rupiah menguat, karena hal ini menunjukkan kesehatan ekonomi yang baik. Sebaliknya, pelemahan nilai tukar rupiah yang menandakan penguatan mata uang asing bisa menjadi sinyal bahwa ekonomi sedang menghadapi tantangan, yang kemudian menurunkan minat investor untuk berinvestasi dalam saham. Penurunan permintaan saham dapat mengakibatkan penurunan harga saham. (Aulia Putri Fatmasita, 2021)

  • Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap Pasar Modal

Covid-19 dikonfirmasi masuk ke Indonesia pada Maret 2020, namun penurunan IHSG sudah terjadi sebulan sebelumnya, yakni pada bulan Januari 2020. Penurunan ini diduga dipicu oleh kekhawatiran investor atas wabah yang bermula di Cina pada Desember 2019. Data menunjukkan bahwa sebelum Covid-19 muncul, IHSG dari Maret 2019 hingga Desember 2019 relatif stabil dalam rentang indeks 6000 hingga 6500. Penurunan dimulai pada bulan Januari 2020 dan mencapai titik terendahnya pada bulan April 2022.

Grafik 1. Pergerakan IHSG sebelum dan setelah pandemic Covid-19

Pada bulan berikutnya, yang dimulai dari Mei 2020, terlihat bahwa IHSG mengalami kenaikan data yang terus meningkat selama 12 bulan berikutnya, meskipun belum mencapai kinerja yang ada sebelum munculnya covid-19. Satu asumsi yang harus dipenuhi dalam uji t berpasangan adalah uji normalitas, yang bertujuan untuk memeriksa apakah residual dari model regresi linear memiliki distribusi normal, menunjukkan korelasi antara gangguan atau kesalahan. (Wilman Sn Marino, 2021)

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa nilai tukar memiliki pengaruh negatif signifikan secara parsial terhadap harga saham pada periode pandemi Covid-19. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Pandemi Covid-19 telah menimbulkan tekanan pada pasar keuangan global dan menciptakan ketidakpastian terhadap ekonomi domestik. Gejolak di pasar saham mengakibatkan sebagian besar investor merespons dengan melakukan penyesuaian portofolio mereka, termasuk mengalihkan investasi global mereka ke aset-aset keuangan yang lebih aman dan menghindari aset berisiko, seperti saham dan mata uang yang rentan terhadap fluktuasi, termasuk Rupiah.

Dalam sektor bisnis, kepanikan telah menyebabkan penurunan daya beli, permintaan, produksi, pendapatan, dan beban biaya produksi yang semakin berat. Sentimen pesimis dari masyarakat dan dunia usaha juga berdampak pada perlambatan ekonomi yang dapat memicu krisis ekonomi. Situasi ini dapat menyebabkan depresiasi mata uang negara-negara berkembang terhadap mata uang kuat seperti USD, serta menurunkan harga saham di pasar negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah strategis dalam menjaga stabilitas ekonomi, meredam kepanikan, dan mengendalikan penyebab kepanikan di masyarakat. Penelitian ini juga dapat menjadi bahan evaluasi di masa depan, menunjukkan bahwa setiap kebijakan pemerintah, terutama dalam menghadapi pandemi Covid-19, dapat secara signifikan mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosial masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Fauzi, D. R. (2023). ANALISIS MELEMAHNYA KURS RUPIAH DI ERA PANDEMI COVID-19. Jernal Akuntansi dan Manajemen Bisnis, 8 pages.

Aulia Putri Fatmasita, E. S. (2021). PENGARUH PANDEMI COVID-19 DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI). JURNAL ILMIAH, 20 pages.

Dwijayanti, N. M. (2021). Pengaruh Nilai Tukar dan Inflasi Terhadap Harga Saham Perbankan Pada Masa Pandemi COVID-19. JBK Jurnal Bisnis & Kewirausahaan, 1-8.

Nisa Alfira, M. I. (n.d.). Pengaruh Covid-19 Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah. Al-Kharaj: Jurnal Ekonomi, Keuangan & Bisnis Syariah, 1-8.

Wilman Sn Marino, A. S. (2021). PENGARUH COVID-19 TERHADAP PASAR MODAL DI INDONESIA. BanKu: Jurnal Perbankan dan Kuangan , 7.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun