Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah menghela dunia masuki pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran masuki dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Kebangsaan: Pemerintah Hamba Allah, Mengabdi untuk Kebaikan

10 Agustus 2025   05:19 Diperbarui: 10 Agustus 2025   05:19 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input gambar: youtube.com

REFLEKSI KEBANGSAAN: PEMERINTAH HAMBA ALLAH, MENGABDI UNTUK KEBAIKAN

*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Dalam perjalanan sebuah bangsa, pemerintahan selalu hadir sebagai salah satu pilar utama yang menentukan arah sejarah dan nasib rakyatnya. Pemerintah bukan hanya sebuah struktur birokrasi atau sekumpulan jabatan yang diisi oleh orang-orang terpilih, melainkan sebuah mandat besar yang memikul tanggung jawab moral, sosial, dan spiritual. Kehadirannya di tengah masyarakat ibarat nahkoda yang mengarahkan kapal besar bernama negara menuju pelabuhan cita-cita bersama. Namun, mandat itu bukan sekadar hasil proses politik manusia semata, melainkan bagian dari rencana dan ketetapan Allah. Di sinilah kita diingatkan, bahwa di balik kekuasaan yang tampak di mata, ada otoritas yang lebih tinggi yang menata jalannya kehidupan bangsa.

Bulan Kebangsaan menjadi momen yang tepat untuk kembali merenungkan makna pemerintahan dalam terang iman, khususnya sebagaimana tertulis dalam Firman Roma 13:1-7. Ayat-ayat ini menegaskan bahwa pemerintah adalah hamba Allah yang diutus untuk melaksanakan kebaikan dan menegakkan keadilan. Dalam perspektif ini, pemerintah dipanggil untuk melayani, bukan dilayani; untuk mengabdi, bukan menguasai. Bulan Kebangsaan bukan hanya sekadar rangkaian acara dan seremoni, tetapi ruang batin bagi bangsa untuk menata kembali kesadaran kolektif: bahwa ketaatan, dukungan, dan kritik yang membangun kepada pemerintah adalah bagian dari tanggung jawab iman. Dengan begitu, kebaikan bangsa bukan hanya menjadi cita-cita politik, tetapi juga panggilan rohani yang dikerjakan bersama oleh pemimpin dan rakyatnya.

Pemaknaan "pemerintah sebagai hamba Allah" mengajak kita melihat kekuasaan dari sudut pandang yang lebih luhur daripada sekadar politik praktis. Dalam konteks Roma 13:1-7, istilah "hamba Allah" bukan gelar simbolis, melainkan identitas dan fungsi yang melekat pada pemegang otoritas. Seorang hamba tidak bertindak atas kehendaknya sendiri, tetapi setia pada perintah Tuan yang mengutusnya. Artinya, pemerintah dipanggil untuk menjalankan kehendak Allah dalam wujud nyata: menegakkan keadilan, melindungi yang lemah, memberi penghargaan kepada yang berbuat baik, dan menghukum yang berbuat jahat.

Mandat ini menuntut integritas, keberanian moral, dan hati yang takut akan Tuhan, sebab kekuasaan tanpa kesadaran rohani mudah tergelincir menjadi alat penindasan. Dengan memahami diri sebagai hamba Allah, pemerintah seharusnya mengukur setiap kebijakan bukan hanya dari sisi kepentingan politik, tetapi dari nilai kebenaran yang memuliakan Allah dan membawa kesejahteraan bagi rakyat. Pada akhirnya, panggilan ini mengingatkan bahwa kekuasaan adalah amanat sementara, sedangkan tanggung jawab di hadapan Allah bersifat kekal.

Dari pemahaman inilah, peran pemerintah tidak berhenti pada identitas sebagai hamba Allah, tetapi harus terwujud dalam tindakan konkret yang menyentuh kehidupan rakyat melalui tanggung jawab pengabdian. Mengabdi untuk kebaikan bangsa berarti menempatkan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi, golongan, atau partai politik. Dalam konteks bacaan Roma 13:1-7, pengabdian ini bukan sekadar janji kampanye atau pencitraan, melainkan wujud nyata dari panggilan sebagai hamba Allah yang setia menjalankan misi-Nya di bumi. Kebaikan bangsa tercermin dalam kebijakan yang pro-rakyat, pelayanan publik yang bersih dari korupsi, penegakan hukum yang adil tanpa pandang bulu, serta langkah-langkah konkret menjaga perdamaian dan persatuan.

Namun, tugas ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah; rakyat pun terpanggil untuk menjadi mitra aktif dengan mentaati hukum, mendukung program yang bermanfaat, serta menyampaikan kritik dengan etika dan kasih. Relasi saling menguatkan antara pemerintah dan rakyat inilah yang melahirkan bangsa yang kokoh, adil, dan sejahtera. Sebab, kebaikan bangsa bukanlah hasil kerja sepihak, melainkan buah dari kolaborasi seluruh elemen yang menyadari bahwa tanah air adalah anugerah Tuhan yang harus dikelola dengan hati yang bersyukur dan tangan yang bekerja tulus.

Melalui refleksi pribadi di Bulan Kebangsaan ini mengajak setiap warga, tanpa terkecuali, untuk menatap ke dalam hati dan bertanya: sudahkah saya mengambil bagian dalam membangun kebaikan bangsa? Bulan ini bukan hanya milik pemerintah atau para tokoh nasional, tetapi juga milik setiap individu yang mengaku mencintai tanah air. Bentuk ketaatan pada pemerintah yang menjalankan tugasnya dengan benar adalah bagian dari ketaatan kepada Allah, namun ketaatan itu juga menuntut sikap kritis yang santun saat melihat penyimpangan.

Kita dipanggil untuk tidak menjadi penonton yang apatis, melainkan pelaku yang aktif berkontribusi, entah melalui pekerjaan sehari-hari yang dikerjakan dengan integritas, pelayanan sukarela di masyarakat, atau doa yang dipanjatkan untuk para pemimpin. Bulan Kebangsaan memberi ruang bagi kita untuk menata ulang sikap, mengikis ego sektoral, dan memperkuat rasa persaudaraan lintas suku, agama, dan latar belakang. Sebab, cinta tanah air bukan sekadar slogan atau atribut perayaan, tetapi komitmen nyata untuk menjaga, merawat, dan mengisi kemerdekaan dengan karya yang memuliakan Tuhan dan menyejahterakan sesama.

Untuk memahami peran pemerintah dan rakyat dalam terang iman, kita perlu menelaah beberapa prinsip yang diajarkan firman Roma 13:1-7, yang menjadi dasar penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun