Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah menghela dunia masuki pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran masuki dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Habemus Papam: Paus Leo XIV dan Arah Baru Gereja Katolik

9 Mei 2025   06:36 Diperbarui: 9 Mei 2025   09:52 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam tubuh Gereja sendiri, isu-isu seperti krisis kepercayaan akibat skandal pelecehan, ketimpangan peran perempuan, serta ketegangan antara tradisi dan pembaruan terus menjadi perdebatan. 

Di sisi lain, dunia luar menantang Gereja untuk lebih aktif menjawab persoalan global seperti perang, kemiskinan, krisis iklim, dan arus sekularisme yang makin menguat. 

Di tengah arus digitalisasi dan pergeseran nilai-nilai masyarakat, Gereja dituntut untuk tetap relevan, terbuka terhadap dialog, dan hadir sebagai suara moral yang mampu menjembatani harapan umat dengan realitas zaman.

Sejak terpilih sebagai Paus Leo XIV, berbagai isyarat awal kepemimpinannya mulai terbaca dari sikap, simbol, dan kata-kata yang ia pilih dalam penampilan perdananya di hadapan umat. 

Dalam pidato singkatnya dari balkon Basilika Santo Petrus, Paus Leo XIV menyampaikan pesan bahwa damai berasal dari Allah, Allah yang mengasihi kita semua tanpa syarat dan tanpa batas. 

Ia menekankan pentingnya "kedamaian yang bersumber dari keadilan dan belas kasih", sebuah pesan yang mencerminkan keprihatinannya terhadap dunia yang dilanda perpecahan dan penderitaan. Demikian kata-kata pertama Robert Francis Prevost alias Paus Leo XIV ketika diperkenalkan kepada para umat Katolik dari balkon Basilika Santo Petrus, Vatikan.

Sikap tubuhnya yang tenang dan sapaan lembutnya kepada umat juga menyiratkan pendekatan pastoral yang inklusif dan penuh empati. Paus Leo XIV tidak hanya mewarisi tanggung jawab besar dari pendahulunya, Paus Fransiskus, tetapi juga tampak siap melanjutkan semangat reformasi dengan sentuhan khasnya sendiri yang lebih membumi, lebih dekat dengan suara umat kecil, serta lebih peka terhadap dinamika sosial dan budaya global.

Banyak yang menafsirkan pilihan nama "Leo" sebagai isyarat akan keberanian moral dan ketegasan spiritual, mengacu pada tokoh-tokoh Paus Leo sebelumnya yang dikenal sebagai pelindung iman dan penegak perdamaian. 

Dalam waktu singkat, Paus Leo XIV telah menunjukkan bahwa masa kepausannya mungkin akan menjadi perpaduan antara kesinambungan dan pembaruan, dengan fokus besar pada dialog, solidaritas, dan pelayanan yang otentik.

Terpilihnya Paus Leo XIV membawa harapan baru bagi jutaan umat Katolik di seluruh dunia yang merindukan Gereja yang lebih terbuka, relevan, dan penuh belas kasih. 

Banyak umat berharap kepemimpinannya mampu melanjutkan semangat reformasi yang telah dirintis oleh Paus Fransiskus, khususnya dalam hal transparansi, pemberdayaan umat awam, dan keterbukaan terhadap dialog antaragama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun