POTRET BURAM AKSI INDONESIA GELAP, SIAPA YANG BERMAIN DI BELAKANG LAYAR?
* Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao
Aksi Indonesia Gelap yang terjadi beberapa waktu lalu mencerminkan suatu ketegangan di tengah dinamika sosial dan politik nasional. Massa turun ke jalan, memprotes berbagai isu yang dianggap mencederai demokrasi dan keadilan. Situasi semakin memanas ketika aparat keamanan berupaya membubarkan massa, sementara sejumlah demonstran bertahan dengan membakar ban dan meneriakkan tuntutan mereka.
Ketegangan ini dipicu oleh dugaan ketidaktransparanan dalam kebijakan pemerintah, serta isu-isu yang berkaitan dengan kebebasan berpendapat dan penegakan hukum yang dinilai tidak adil. Hingga larut malam, suasana di sekitar Patung Kuda masih dipenuhi oleh demonstran yang menuntut perubahan.
Aksi tersebut menjadi sorotan publik karena mencerminkan meningkatnya ketidakpuasan masyarakat terhadap berbagai kebijakan yang dinilai tidak adil. Demonstrasi ini dipicu oleh sejumlah isu krusial yang terjadi. Peristiwa ini bukan hanya sekadar aksi protes, tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya transparansi dan keadilan dalam menjaga stabilitas sosial dan politik di Indonesia.
Ketidaktransparanan dan lemahnya respons pemerintah terhadap tuntutan rakyat semakin memperparah situasi, menciptakan jurang yang semakin lebar antara penguasa dan masyarakat. Fenomena ini menunjukkan bahwa tanpa upaya nyata untuk memperbaiki sistem yang ada, potret buram ini akan terus menjadi bagian dari realitas Indonesia.
Di balik aksi gelap yang terjadi di Indonesia, diduga sedang diperankan oleh aktor-aktor yang memainkan peran penting dalam mengendalikan situasi dari balik layar. Mereka bisa berasal dari berbagai kalangan, seperti elite politik, pengusaha, aparat penegak hukum, hingga kelompok kepentingan yang memiliki agenda tersembunyi. Para aktor ini sering kali bekerja dalam bayang-bayang, memanfaatkan kekuasaan dan jaringan mereka untuk mempertahankan kepentingan pribadi atau kelompok. Mereka menggunakan berbagai cara, mulai dari propaganda di media, tekanan terhadap oposisi, hingga manipulasi kebijakan demi keuntungan tertentu.
Akibatnya, banyak aksi protes yang sejatinya lahir dari ketidakpuasan rakyat justru berujung pada kekacauan yang telah dirancang untuk mengaburkan kebenaran. Keberadaan mereka semakin sulit dilacak karena beroperasi dengan strategi yang rapi dan sistematis, menjadikan aksi gelap di Indonesia sebagai fenomena yang terus berulang tanpa solusi yang jelas.
Selain itu, reformasi di tubuh aparat keamanan dan lembaga hukum perlu dilakukan agar mereka benar-benar berfungsi sebagai penjaga keadilan, bukan alat kepentingan tertentu. Partisipasi aktif masyarakat melalui edukasi politik dan keterlibatan dalam pengawasan kebijakan juga dapat membantu menekan dominasi aktor-aktor di balik layar yang mengendalikan aksi gelap. Dengan komitmen bersama dari berbagai pihak, harapan untuk menciptakan Indonesia yang lebih adil dan bebas dari aksi gelap bukanlah hal yang mustahil.