Mohon tunggu...
Salma Nurhalimah
Salma Nurhalimah Mohon Tunggu... Desainer - Pelajar

Ma

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Arti Budaya

11 Maret 2021   21:43 Diperbarui: 11 Maret 2021   21:46 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Budaya adalah bentuk jamak dari kata Budi. Budi identik dengan akal budi atau kebudayaan. Kata asli bahasa Indonesia ini sangat filosofis, karena telah dijelaskan, ditafsirkan, ditafsirkan ulang, dan dijadikan wacana filosofis di kalangan filsuf Indonesia hingga saat ini. Dunia filsafat Indonesia tidak dianggap lengkap tanpa menyebut wacana ini. Turunannya, seperti Budayawan, Budiman, dan Budi daya, kini juga dibicarakan di kalangan filsuf Indonesia, terutama yang disebut filsuf Kebudayaan.

Para filsuf dari berbagai aliran filsafat mendefinisikan kata budi dengan definisi yang berbeda-beda, sesuai dengan minat sekolahnya. Definisi kata tertua ditemukan pada naskah Jawa Kuno abad ke-18 Serat Centhini. Menurut teks tersebut, Budi adalah suprahuman, entitas spiritual yang menjadi perantara antara wujud Tuhan dan wujud manusia. Ini adalah substansi spiritual murni yang berasal dari Tuhan.

Budi dengan makna inilah yang digunakan oleh Dr. Wahidin Soedirohusodo untuk menamai masyarakat politik pribumi pertamanya dan rekan-rekannya Budi Utomo di Hindia Belanda pada awal abad ke-19. Budi dalam pengertian ini juga mirip dengan konsep sufi Nur Muhammad atau konsep Platonis Jiwa Semesta atau konsep filosofis Islam Al-'Aql Al-Awwal.

Pembelajaran Eropa modern yang diperkenalkan oleh Katolik Portugis-Spanyol dan Protestan Belanda ke lembaga pendidikan asli Indonesia pada abad ke-20 memengaruhi definisi kata Budi. Dalam masa intelektual ini, Budi didefinisikan ulang dan dimaknai ulang bukan sebagai spiritual seperti yang dipahami sebelumnya, tetapi sebagai entitas manusia. Pada tahun 1961 misalnya, Nicolas Drijarkara mendefinisikan Budi sebagai nalar etis atau nalar moral sebagaimana dipahami oleh para moralis Immanuel Kant. Poedjawijatna, filsuf lain, mendefinisikan Budi sebagai terjemahan bahasa Indonesia dari kata nalar atau penalaran bahasa Inggris dan Filsafat Budi sebagai kata bahasa Inggris Logika. Ki Hajar Dewantara, seorang pemikir Jawa terkemuka, pada awal tahun 1970-an mendefinisikan Budi sebagai jiwa manusia yang dewasa. Sutan Takdir Alisjahbana, pemikir besar Indonesia abad ini, mengartikan Budi sebagai pola psikologis yang terkandung di dalamnya kebutuhan dasar, naluri, perasaan, pikiran, hawa nafsu, dan fantasi.

Filsuf sejarah filsafat Indonesia yang mula-mula memahami Budi sebagai budaya adalah Sutan Takdir Alisjahbana. Koentjaraningrat, antropolog lulusan Amerika, kemudian melanjutkan pemaknaan dalam bukunya yang terkenal, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Sidi Gazalba, filsuf Kebudayaan lainnya, mendefinisikan Budi atau Kebudayaan sebagai cara hidup yang dimiliki dan dipegang oleh kesatuan budaya apa pun. Pemikir Indonesia masa kini, seperti Sutan Syahrir, Soedjatmoko, Dick Hartoko, Abdurrahman Wahid, Mochtar Kusumaatmaja, Mochtar Lubis, Sayidiman Suryohadiprojo, Y.B. Mangunwijaya, Nurcholish Madjid, Darmanto Jatman, dan modernis lainnya, memegang makna budaya-antropologis Budi ini. Bahkan dapat dikatakan bahwa makna tersebut telah mendominasi wacana filosofis dewasa ini. Semua filsuf yang memegang makna ini telah diakui secara nasional sebagai Filsuf Kebudayaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun