Mohon tunggu...
salman imaduddin
salman imaduddin Mohon Tunggu... Sales - Komunitas Ranggon Sastra

Control by eros

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Wajah-wajah dalam Dua Rona Derita

17 Maret 2022   16:55 Diperbarui: 17 Maret 2022   17:00 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lebam-lebam di wajahnya jangan kau tanya. Seorang laki-laki mati demi anak istri. Jiwanya melayang berapi-api

Dan bukan kebetulan daun pintu itu terbuka di keheningan bagi manusia.  Bagi malaikat adalah hari kerja

Jejaknya berakhir pada sumpah serapah, cacian dan makian. Tapi keputusan Pencipta tidak pernah percuma.

Tinta itu membakar kertas-kertas catatan yang terbuang bualan belaka. Rapelan mantra membosankan?
Jangan kau katakan

keputusan Pencipta tidak pernah percuma

Lihatlah kali ini ia menyala warnanya silau keemasan
Ini menjadi jelas dasarnya bukan malas. Siapa paling tahu? Siapa paling boleh menghukum? Hukuman apa yang paling pantas?

Tidak ada yang tau, barangkali matinya adalah keselamatan baginya dan keluarganya

Biar kematian yang paling menjawab

Tunggu saja gilirannya
pembunuh-pembunuh juga banyak yang bersolek di jejaring media sialan!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun