Lebam-lebam di wajahnya jangan kau tanya. Seorang laki-laki mati demi anak istri. Jiwanya melayang berapi-api
Dan bukan kebetulan daun pintu itu terbuka di keheningan bagi manusia. Â Bagi malaikat adalah hari kerja
Jejaknya berakhir pada sumpah serapah, cacian dan makian. Tapi keputusan Pencipta tidak pernah percuma.
Tinta itu membakar kertas-kertas catatan yang terbuang bualan belaka. Rapelan mantra membosankan?
Jangan kau katakan
keputusan Pencipta tidak pernah percuma
Lihatlah kali ini ia menyala warnanya silau keemasan
Ini menjadi jelas dasarnya bukan malas. Siapa paling tahu? Siapa paling boleh menghukum? Hukuman apa yang paling pantas?
Tidak ada yang tau, barangkali matinya adalah keselamatan baginya dan keluarganya
Biar kematian yang paling menjawab
Tunggu saja gilirannya
pembunuh-pembunuh juga banyak yang bersolek di jejaring media sialan!