bagaimana aku bisa lupa sedangkan kau bangga menyeringai di tiap-tiap sudut mataku kala terjaga
bagaimana aku  bisa lupa sedang anyir darahnya mengalir terus menerus terhisap hidung, mengepul di dadaku. menyesakkan
setelah kau siksa dengan pedang yang membelah tubuhnya kau penggal kepalanya hingga ia tak mampu lagi menyapa ibunya
di sungai ular-ularmu
racun bisanya, kau aliri ke warga-warga hingga mereka buta dan tak merasa ada apa-apa
sedang kami perdetiknya selalu ingat diam-diamÂ
dan memang masih kau paksa diam
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!