Secara garis besar, pendekatan baru ini menuntut pergeseran cara mengajar:
Bukan lagi "bagaimana menulis kode", tapi "bagaimana membangun solusi".
Bukan hanya memahami sintaks, tapi juga struktur sistem dan integrasinya.
-
Bukan mengetik baris per baris, tapi berpikir kritis dan kerja tim lintas disiplin.
Mahasiswa juga perlu belajar kapan harus memercayai AI, dan kapan harus turun tangan sendiri. Ini soal logika, evaluasi solusi, dan etika penggunaan teknologi.
AI Tidak Menyingkirkan Programmer, Justru Mempercepat Belajar
Yang perlu digarisbawahi: AI bukan musuh. Ia bukan pengganti, tapi percepatan. Programmer pemula justru bisa melompat lebih cepat ke tahap-tahap belajar yang sebelumnya butuh waktu lama untuk dicapai. Tidak perlu lagi terlalu lama bergulat dengan hal-hal teknis dasar yang sudah bisa dikerjakan AI, dan mulai fokus ke hal-hal yang lebih substansial: memahami sistem terdistribusi, belajar machine learning, atau mengeksplorasi keamanan data.
Peran "junior developer" juga berubah. Bukan lagi sekadar eksekutor tugas-tugas kecil, tapi seseorang yang bisa:
Menulis prompt yang jelas untuk memandu AI menghasilkan kode yang tepat
Meninjau hasil kerja AI, mengecek potensi bug atau bias
Berkolaborasi dengan tim, bukan hanya manusia, tapi juga dengan sistem berbasis AI