Mohon tunggu...
Salma Faiqah Anggraeni
Salma Faiqah Anggraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030071

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030071

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pesan untuk Si Anak Pertama

25 Juni 2021   18:09 Diperbarui: 25 Juni 2021   18:26 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: istockphoto.com)

Halo kamu, Si Anak Pertama! Masih merasa cukup kuat dengan apa yang kamu pikul sekarang? Mestinya kamu sudah banyak mengeluarkan blood, sweat, and tears-mu untuk kamu dan orang yang kamu sayang. Tapi sebelum kamu melanjutkan perjuanganmu, simak tulisan di bawah ini yuk, tulisan ini diketik khusus untuk kamu, si anak pertama yang selalu merasa kuat dan hebat.

Mayoritas anak pertama merasa terbebani dengan tuntutan orang tua yang dibilang cukup banyak. Misalnya, "Kak, tolong jagain adik ya", "Kak tolong bantuin Ayah mbenerin motor nanti sore", "Kak, bantuin Ibu dooongg masak sayur sama ikan balado", "Kak, Ayah sama Ibu baru ada masalah nih", "Kak ini" "Kak itu", dan banyak contoh lainnya. Tuntutan-tuntutan tersebut memaksa dirimu untuk selalu kuat dan harus bisa diandalkan.

Kerasa nggak? Semakin lama tuntutan-tuntutan tersebut membuatmu semakin pusing dan lelah.

Ada banyak permasalahan umum yang biasa dihadapi anak pertama. Coba simak di bawah ini, apakah permasalahan tersebut relate dengan kini yang kamu rasakan atau tidak.

Anak pertama selalu diberi tanggung jawab dan ekspektasi tinggi oleh orang tua. Sebagian besar anak pertama diberi tanggung jawab lebih oleh orang tua untuk membantu tugas orang tua. Misalnya menjaga adik, membantu adik belajar, mengurusi pekerjaan rumah, dan dijadikan "tempat terpercaya" orang tua untuk bercerita mengenai masalah pribadi orang tua.

Biasanya orang tua menganggap anak pertama adalah anak paling tua dan mampu menanggung beban dibanding adik-adiknya. Tidak sedikit orang tua yang memberikan tanggung jawab ekstra sejak masih usia dini.

Anak pertama biasanya juga dituntut untuk menjadi sempurna. Harus memiliki sikap paling baik serta berprestasi karena akan dijadikan contoh untuk adik-adiknya.

Pressure ini membuat anak pertama menjadi memiliki beberapa sifat, antara lain:

1. Sifat perfeksionis

Anak pertama diberikan banyak tanggung jawab untuk memiliki prestasi yang lebih tinggi daripada orang tua. Hal ini dapat memunculkan sifat perfeksionis, karena tingginya tuntutan dan banyaknya tanggung jawab yang mendorong anak pertama untuk selalu berusaha untuk hal-hal tersebut. 

Anak pertama akan berupaya agar mereka bisa dapat penerimaan dan perhatian dari orang tua. Jika kamu gagal, biasanya kamu akan merasa terbebani dan jadi suka mengkritik diri sendiri. Padahal hal ini dapat berdampak negatif bagi kesehatan mental. Hal ini dapat memunculkan rasa cemas, stress, bahkan bisa terjadi depresi.

2.Sifat Terlalu Independent

Kamu terbiasa menyelesaikan masalahmu sendiri, sehingga kamu merasa tidak memerlukan bantuan orang lain. Kamu juga ragu terhadap kemampuan orang lain dalam membantu masalahmu.

Sebenarnya sifat independent itu boleh aja, tapi jika TERLALU independent, kamu akan  selalu membebankan semuanya ke dirimu sendiri. Kamu harus ingat, kamu bukanlah orang paling tua di semua lingkungan. Kamu tidak harus jadi yang paling tua dan menjadi satu-satunya yang dapat diandalkan.

3. Menyangkal perasaan yang dirasakan

Anak pertama selalu diharapkan bisa melakukan berbagai hal. Terkadang hal ini sudah ditanamkan sewaktu masih kecil. Orang tua mengharapkan kamu untuk gak nangis, gak rewel, bisa mengurusi diri sendiri, dan mengalah sama adik.

Ini semua bikin kamu terbiasa untuk menahan, mengabaikan, atau bahkan menolak perasaan negatif atau kebutuhan yang kamu rasakan. Menurut riset, melakukan hal tersebut memiliki banyak dampak negative. Kamu jadi merasa terbebani, merasa cemas, dan stress. Perasaan negatif yang enggak diselesaikan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi itu kemudian nggak bakal hilang dengan begitu saja, bahayanya justru bisa munculnya masalah di kemudian hari.

Dari sifat-sifat negative di atas, kamu harus belajar untuk mengurangi dan menanggulanginya.

Kamu harus dapat bersikap baik sama diri sendiri dan memperbolehkan diri sendiri untuk menjadi orang gak sempurna. Manusia sendiri bukan makhluk yang sempurna kan? Hal ini bisa menghindarkanmu dari sifat membenci diri sendiri ketika melakukan kesalahan.

Perlakukan dirimu sebagaimana kamu memperlakukan orang yang kamu sayang. Katakanlah pada dirimu bahwa gagal itu wajar dan masih banyak kesempatan lain. Pikirkan kalimat apa yang biasanya kamu berikan untuk menyemangati orang yang kamu sayang.

Kemudian, jagalah kesadaran diri atas apa yang kamu pikirkan dan rasakan serta menerima hal tersebut. Katakan pada dirimu "It's OK to sad, it's OK to cry". Kesedihan tersebut tidak akan hilang kalau kamu hanya mencoba untuk lari dan menghindarinya. Cobalah untuk menghadapi hal tersebut, terimalah segala kesedihan dan kekurangan dirimu.

Selanjutnya, minta bantuan orang lain kalau memang perlu. Jika kamu memiliki pikiran bahwa semua masalah dapat kamu selesaikan sendiri tanpa bantuan orang lain, coba ubah pemikiran kamu. Bahwa kamu juga manusia yang memiliki kekurangan dan terkadang tidak dapat menyelesaikan semuanya sendirian. Jangan hanya menerka-menerka kalau orang lain tidak dapat membantumu. Coba saja tanyakan kepada mereka, jangan biarkan pikiran dalam dirimu sendiri menjerumuskanmu pada ketidakyakinanmu.

Pikirkan juga konsekuensi kalau kamu mengatasi semuanya sendirian. Hal ini dapat mempengaruhi ke psikismu. Kamu akan merasa capek dan stress sendirian. Psikismu akan mempengaruhi hal yang kamu kerjakan. Jika psikismu terganggu, hal yang ingin kamu lakukan tidak akan berjalan dengan optimal.

Kalau kamu punya sindrom anak pertama, Ingat! Kamu itu manusia! Kamu juga memiliki kekurangan seperti orang lain. Kamu juga dapat meminta bantuan jika dirasa sudah tidak mampu membawanya sendirian. Kamu tidak mesti kuat setiap saat, sedih itu sangat diperbolehkan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun