Mohon tunggu...
Yuni Bues
Yuni Bues Mohon Tunggu... -

- Suka makan & ketawa\r\n- Karyawati di satu perusahaan di Jerman

Selanjutnya

Tutup

Nature featured

Penanganan dan Pencegahan Kebakaran Hutan di Jerman

14 September 2015   15:47 Diperbarui: 15 September 2019   05:12 1117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Seorang pria bekerja di tengah api yang berkobar di Amazon. Hutan hujan tropis terbesar dunia itu mengalami kebakaran terparah pada tahun ini. (REUTERS/BRUNO KELLY)

Kebakaran hutan terjadi lagi di tanah air. Kejadian yang sudah menjadi agenda rutin tahunan, sepertinya tidak pernah menemui jalan keluar untuk menyudahinya. 

Mulai dari waktu saya lahir (jaman Soeharto) sampai pemerintahan Jokowi saat ini, 'warisan' asap ini selalu diteruskan. Kerugian, baik material & non material, sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. 

Titik-titik api yang akhirnya menjadi malapetaka ini, sebenarnya mulai dipantau Mei lalu. Kala itu jumlahnya diberbagai wilayah Kalimantan & Jambi masih dibawah 20. Jumlah yang belum banyak ini, jika cepat & efektif ditangani tidak akan menjalar lebih luas lagi. 

Bahkan masih bisa lebih cepat dipadamkan sebelum berubah menjadi kobaran api & menyebarkan kabut asap yang melumpuhkan semua sektor ekonomi & kegiatan lainnya di daerah-daerah sekitarnya.

Penutupan beberapa bandara, peliburan sekolah-sekolah, banyaknya jumlah penderita saluran pernapasan akut, anjloknya kunjungan wisatawan dan lain sebagainya, sepertinya jadi berita langganan dari kabut asap ketika tiba musim kemarau yang panjang. 

Karena merasa 'sulit' memecahkan masalah ini, sebab banyak yang bermain di dalamnya, makanya dibiarkan aja terus berjalan. 

Yang sering dikambinghitamkan justru si El Nino. (Paling gampang menyalahkan alam, karena nggak ada komen balasan). Negara-negara tetangga yang berkoar-koar sebab kecipratan kabut asap juga nggak didengar.

Beberapa bulan lalu saya & suami menonton ulang tayangan tentang kehidupan orang utan Sumatra yang diproduksi salah satu stasiun TV Jerman yang diliput oleh jurnalis terkenal Ranga Yogeswahr. 

Dengan dibantu seorang penterjemah (orang Indonesia) yang lancar berbahasa Jerman, dimulailah perjalanan kedua orang ini menyusuri hutan Sumatra menuju tempat rehabilitasi orang utan. Sebelum sampai ke tema pokoknya (orang utan), ditunjukkanlah keadaan hutan di tanah air yang keadaannya sangat mengenaskan. Gundul & rusak total. 

Pembakaran hutan seluas 150 kali lapangan sepak bola terjadi setiap jam, siang & malam hari, tanpa berhenti dari bulan ke bulan. Semua itu hanya untuk perluasan kebun sawit. Dan pelakunya, tentu saja manusia, bukan si El Nino!

Hutan di Jerman, foto: NABU/Felix Paulin.
Hutan di Jerman, foto: NABU/Felix Paulin.
Jerman dengan luas hutan 11,4 juta hektar merupakan negara yang paling kaya akan hutan di kawasan EU. Sebagian besarnya adalah hutan monokultur, yang hampir setengahnya ditumbuhi jenis cemara, Fichte (25%) & Kiefer (22%). Kedua jenis tanaman ini memang paling gampang hidup & juga robus (kuat) menghadapi cuaca di sini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun