Mohon tunggu...
salahudin tunjung seta
salahudin tunjung seta Mohon Tunggu... Administrasi - Individu Pembelajar

Mohon tinggalkan jejak berupa rating dan komentar. Mari saling menguntungkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mendamaikan Masa Lalu Negeri

13 Februari 2018   12:28 Diperbarui: 13 Februari 2018   13:36 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar : newmandala.org)

Pemerintahpun melalu pendidikan formal memberikan pendidikan Sejarah yang tidak provokatif dan memberikan pandangan luas untuk terciptanya suasana sejuk , damai ditengah masyarakat.

Salah satu persyaratan dasar bagi terwujudnya kebenaran, keadilan, dan rekonsiliasi dalam kaitan dengan Tragedi '65 adalah bahwa negara harus mengakui dalam tragedi itu telah terjadi pelanggaran hak-hak asasi warga negara dan negara menyatakan diri bertanggung jawab atas hal itu.

Sudah jamak diketahui bahwa pelanggaran HAM yang terjadi pada tahun 1965 itu hanya bisa terjadi karena ada koordinasi yang dilakukan oleh alat-alat negara. Oleh karena itu di Indonesia, rekonsiliasi dan pemulihan hanya bisa terjadi kalau negara mau melibatkan diri di dalamnya.[2]

Masyarakat pun diharuskan bersikap lebih dewasa dalam menanggapi Topik Sejarah tidak hanya terkait 1965, dan pasca 1965 saja tetapi semua sejarah di Indonesia, karena segala yang terjadi di masa lalu memiliki kaitan dengan masa sekarang , ketika masyarakat termakan isu sejarah yang tidak jelas sumbernya maka dampaknya akan terjadi perbedaan pendapat, hingga ekstremnya gesekan 2 pandangan seperti pada isu 1965.

Rekonsiliasi lebih mudah apabila kelompok kiri mengingat juga peristiwa sebelum G30S (aksi sepihak dan lain-lain) dan sebaliknya kalangan (mayoritas) islam mengingat pula peristiwa sesudah G30S (termasuk pembantaian massal 1965/1966, dan seturusnya). Selama ini kedua pihak hanya mengenang hal-hal yang merugikan mereka.[3] 

Sehingga kedua kelompok ini harus saling melihat kenyataan sejarah dengan obyektif dan tanpa selalu melihat dari sudut pandangan kelompoknya namun mencoba melihat menggunakan sudut pandangan lain. Hal seperti ini adalah sikap yang dapat mengajarkan kita untuk  dewasa dalam menanggapi dan menyelesaikan perbedaan pandangan.

Sebagaimana kita ketahui, entah benar atau salah, suatu pemahaman sejarah memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk masa depan suatu masyarakat atau bangsa. Melalui narasi sejarah yang benar kita akan dapat belajar untuk terus memperbaiki diri dan meminimalisasi kelemahan-kelemahan kita.[4]

 [1] Baskara .T Wardaya, Suara Di Balik Prahara, 2011, Yogyakarta: Galang Press, Hal. 10-11

 [2] Ibid, Hal.14                                                                                    

[3] Asvi Warman Adam, Membongkar Manipulasi Sejarah, 2009, Jakarta: Kompas, Hal, 158

[4] Baskara .T Wardaya, Op.Cit. Hal. 9-10

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun