Mohon tunggu...
Salahudin
Salahudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa IAIN

Selanjutnya

Tutup

Financial

Investor Meningkat, Rasio Masih Kecil untuk Indonesia?

2 Mei 2023   13:42 Diperbarui: 2 Mei 2023   13:51 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Investasi belakangan ini menjadi perbincangan yang menarik untuk dibahas. Sebagian besar masyarakat awam masih menganggap investasi memiliki proses yang sulit dan membutuhkan modal yang banyak, serta sebagian masyarakat masih enggan keluar dari zona nyaman mereka karena takut akan penipuan investasi bodong yang tidak sedikit terjadi. Oleh karena itu masyarakat banyak memilih menyalurkan uang untuk masa depan mereka dengan menabung seperti pada perbankan, deposito, atau kegiatan seperti arisan rutinan yang memiliki resiko lebih kecil. Padahal dengan berinvestasi dapat membantu menaikkan perekonomian negara yang saat ini mengalami kelemahan. Dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia, kabar bahwa jumlah investor naik ternyata rasionya belum sebanding dengan jumlah penduduk yang ada sehingga menyebabkan lemahnya pertumbuhan ekonomi negara.

Lemahnya perekonomian negara menyebabkan kepemilikan instrumen investasi di pasar modal saat ini 58% dimiliki oleh investor domestik, lebih tinggi dari kepemilikan investor asing. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), secara bulanan sejak Januari 2022 jumlah investor di pasar modal konsisten menguat. Dibandingkan dengan periode Desember 2022, pada Januari 2023 investor meningkat 1,65% dari 10,31 juta yang berarti menembus pada angka 10,48 juta investor per Januari 2023. Angka tersebut melonjak dari lima tahun terakhir sebesar 547,23%.

Namun meski angka investor domestik diakui sedang mengalami peningkatan, nyatanya jumlah banyaknya investor di Indonesia tidak sebanding dengan masyarakatnya yang memiliki usia prroduktif sebanyak 189 juta, sedangkan jumlah investor ritel di pasar modal 4,16 juta maka rasionya hanya sekitar 2,2% saja. Rasio tersebut tertinggal jauh dengan negara dengan jumlah penduduk yang juga banyak seperti Amerika Serikat dengan rasio 55%, Sedangkan Singapura mencapai 26%, Malaysia mencapai 9%.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan negara selain dari konsumsi masyarakat yaitu investasi. Investasi memiliki pengaruh cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara, dengan kata lain jika suatu negara melakukan investasi yang tinggi dari nilai penyusutan faktor-faktor produksi maka akan menyebabkan negara berkembang secara dinamis. Dan jika sebaliknya maka akan menyebabkan stagnasi atau kelesuan ekonomi. 

Investasi dapat membantu perusahaan untuk mengembangkan produknya sehingga dapat meningkatkan pendapatan nasional. Pada tahun 2020 sebanyak 61, 97% dari total PDB yang ada di Indonesia disumbang dari UMKM. Hal ini juga yang menjadi perbandingan antara menabung dan investasi, dimana jika masyarakat berinvestasi atau menyalurkan uang mereka untuk belanja rumah tangga maka akan membantu berjalannya perekonomian negara dengan baik, namun jika masyarakat lebih memilih menabung di kondisi pemulihan pasca pandemi dimana perekonomian negara sangat merosot dari tahun sebelumnya, tentu akan berpengaruh pada angka PDB yang menurun dan tak kunjung stabil. Berkurangnya angka PDB ini biasanya diiringi pula dengan meningkatnya angka pengangguran, jika hal ini dibiarkan terjadi lebih lama lagi lebih dari satu kuartal sebuah negara akan dapat dikatakan sedang mengalami resesi ekonomi.

Sejalan dengan penegasan dari Presiden Joko Widodo dalam pidato "Visi Indonesia" di Sentul International Convention Center (SIIC), Minggu (14/7) Presiden Joko Widodo menegaskan "Kita harus mengundang investasi yang seluas-luasnya dalam rangka membuka lapangan pekerjaan. Jangan ada yang alergi terhadap investasi. Dengan cara inilah lapangan pekerjaan akan terbuka sebesar-besarnya. Oleh sebab itu, yang menghambat investasi, semuanya harus dipangkas, baik perizinan yang lambat, berbelit-belit, apalagi ada punglinya!"

Dalam laman resmi Kementerian Sekretariat Negara, Asdep Humas Kemensetneg, Eddy Cahyono Sugiarto mengatakan investasi memiliki hubungan positif dengan PDB atau pendapatan nasional, jika investasi naik, maka PDB akan naik, begitu juga sebaliknya, saat investasi turun maka PDB akan ikut turun.

Kedepannya diharapkan upaya menarik investasi sebaiknya dapat terus fokus pada investasi padat karya, industri pengolahan sumber daya alam, dan industri yang berorientasi ekspor. Indonesia membutuhkan industri dengan serapan tenaga kerja yang tinggi, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan penyerapan tenaga kerja.

Dukungan investasi dalam pembangunan ekonomi Indonesia ditengah keterbatasan APBN menjadi pilihan strategi yang sangat tepat ditengah kelesuan ekonomi global. Investasi dapat membalikkan pelambatan ekonomi melalui optimalisasi dukungan investasi dalam mempercepat berbagai program pembangunan ekonomi produktif sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mengantarkan Indonesia menjadi negara maju.

Seperti yang sudah dibahas di atas bahwa meski investor di Indonesia mengalami peningkatan namun nyatanya rasionya tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia yang berada pada usia produktif, oleh sebab itu sosialisasi mengenai investasi harus terus ditingkatkan. Padahal dizaman sekarang banyak alternatif produk-produk investasi yang mudah dan sudah dibawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) seperti reksadana salah satunya. 

Reksadana merupakan wadah untuk menghimpun dana dari investor (masyarakat) yang kemudian dalam pemrosesan akan dibantu oleh manajer investasi profesional yang dapat membantu untuk investor pemula, reksadana juga menawarkan produk-produknya sesuai kebutuhan investor seperti reksadana saham. Namun jika investor tidak ingin bermain resiko yang tinggi di saham, maka reksadana pasar modal serta reksadana pendapatan tetap bisa menjadi salah satu alternatif lain. Jika sudah diberikan alternatif tersebut, maka masyarakat harus ikut mendukung dengan mulai beranjak dari zona nyaman mereka untuk membantu sedikit meningkatkan perekonomian negara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun