Mohon tunggu...
Saira Najwa S
Saira Najwa S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya menulis semua hal yang muncul di pikiran saya tepat sebelum tidur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meluruskan Jalan Feminisme

27 Februari 2024   20:07 Diperbarui: 27 Februari 2024   20:16 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Feminisme telah memainkan peran penting dalam pemberdayaan wanita. Sejak awal abad ke-18, gerakan hak pilih wanita adalah tonggak penting sejarah feminisme. Gerakan ini muncul sebagai respons terhadap ketidaksetaraan gender pada masyarakat, yang seringkali menguntungkan laki-laki dan merugikan perempuan.

Di Indonesia sendiri, sejarah feminisme dimulai tahun 1900-an. Jauh sebelum pengaruh Barat memengaruhi gerakan ini ke Indonesia, R.A Kartini dan Dewi Sartika adalah dua pelopor feminisme di Indonesia yang membuktikan bahwa gejolak perempuan untuk mendapatkan kesetaraan sudah ada sejak dulu. Mereka adalah tokoh yang memperjuangkan hak-hak perempuan dalam masyarakat Indonesia pada masanya. 

Namun, meskipun gerakan ini telah berkembang pesat di Indonesia, masih banyak kesalahpahaman yang timbul dari masyarakat akan kurangnya pengetahuan dan kemauan dalam memahami makna feminisme yang sesungguhnya.

Esensi dari feminisme sejak awal berdiri hingga sekarang mengalami banyak imbuhan dari oknum feminis sendiri. Banyak perempuan yang malahan membawa paradigma bahwa sosok perempuan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari laki-laki dan membenci sosok laki-laki.

Dari ketidakfahaman itulah banyak orang memiliki tindakan yang melenceng, dimana seharusnya feminis mengutarakan keprihatinan mengenai ketidaksetaraan yang dialami perempuan karena adanya struktur patriarki. Bukannnya malah memiliki sifat untuk mengambil alih dan menduduki posisi superior dalam rumah tangga dan masyarakat.

Banyak sekali aktivis feminis yang bernarasi bahwa perempuan ingin membalas dendam atas segala ketidakadilan yang terjadi dan merencanakan untuk memutarbalikkan peran yang selama ini dimiliki oleh kaum pria. Feminisme yang sesungguhnya tidak pernah mendorong perempuan untuk memegang kendali dan mendominasi siapa pun dalam masyarakat. 

Sebaliknya, filosofi dan gerakan feminisme berakar pada prinsip-prinsip kesetaraan gender yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan yang adil baik bagi pria maupun wanita.

Pada dasarnya, tujuan utama dari feminisme sebagai cara dalam mengatasi dan menghapus ketidaksetaraan gender dan memerangi diskriminasi berdasarkan jenis kelamin. Feminis, sebutan bagi orang yang mendukung feminisme berusaha untuk menciptakan lingkungan dengan  fokus perempuan sama dengan laki-laki dalam segala hal, seperti kesempatan, berpolitik, dan partisipasi dalam kebijakan dan pengambilan keputusan.

Dalam menyoroti perjalanan feminisme, penting untuk menghindari kesalahpahaman dan pendapat yang kurang pas dalam gerakan ini. Feminisme sejatinya tidak bermaksud untuk melemahkan peran pria dalam masyarakat. Sebaliknya, fokus utama dari feminisme adalah untuk mencapai kesetaraan gender yang adil. Dengan mendalami jalan feminisme, kita dapat memahami dan mendukung perjuangan untuk hak-hak yang setara bagi perempuan maupun laki-laki, tanpa memandang jenis kelamin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun