Mohon tunggu...
Said Kelana Asnawi
Said Kelana Asnawi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen pada Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie

Dosen-Penyair, menulis dalam bidang manajemen keuangan/investasi-puisi; Penikmat Kopi dan Pisang Goreng; Fans MU

Selanjutnya

Tutup

Money

Risiko Investasi dan Konsep Fluktuasi yang Sesat

7 April 2019   18:56 Diperbarui: 7 April 2019   19:07 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sayangnya lebih dari 20 tahun lalu; pemenang Nobel, Fama dan muridnya French (Fama-French) sudah membuat konklusi maut yakni: beta is death!.  Konklusi ini merujuk pada temuannya yakni tidak ada hubungan linear antara beta-return pada berbagai portopolio yang dibentuknya.

Pada prakteknya konsep fluktuasi ini dapat 'sesat-dan-menyesatkan'.  Pada emiten dengan saham tidur [gocapan], otomatis fluktuasi dan juga (b)nya nol yang menunjukkan risiko rendah. Padahal kenyataannya, saham ini sangat berisiko bagi investor, karena illiquid dan potensi hilang modal sangat besar.  Investor disini bukan saja menggigit jari, tetapi lebih dari itu.  

Sebaliknya, saham yang aktif diperdagangkan, kemungkinan sekali fluktuasinya besar, tetapi peristiwa ini sebenarnya menguntungkan bagi berbagai stakeholder [tentu juga ada risikonya].  

Kebaikan bagi investor ada dua yakni, liquid, potensi mendapatkan modal besar; serta 'taking profit/loss'  mendapatkan imbalan hasil [juga mengurangi potensi rugi] sesuai dengan preferensi risiko investor.  

Bagi pialang-sekuritas-bursa-negara mendapatkan 'kutipan'  berupa komisi beli-jual-pajak sesuai dengan aturan yang ditetapkan.  Karenanya fluktuasi (pasar yang ramai) transaksi menjadi oli bagi seluruh stakeholder yang terlibat. 

Mengingat fluktuasi dan ramainya transaksi menjadi hal penting,  maka sudah semestinya bursa dan pihak terkait untuk terus mengupayakan agar pasar lebih likuid/fluktuatif

Anomali Ukuran

Pada jurnal keuangan sering disebut sebagai size anomaly, merujuk pada saham dengan kapitalisasi kecil dapat menghasilkan return [dan juga risiko] yang lebih besar dibandingkan saham kapitalisasi besar.  

Pada prakteknya hal ini terbukti karena patokan awal dari investor adalah jumlah modal yang diinvestasikannya.  Saham dengan kapitalisasi kecil [harga rendah], maka setiap perubahan harga 1 rupiah, memberikan persentase gain-loss lebih besar.  

Selain itu dengan harga yang rendah, maka jumlah  investor dan volume transaksi menjadi lebih banyak sehingga pembentukan harga menjadi lebih dinamis serta cepat.  Sekali lagi kondisi ini menguntungkan bagi stakeholder yang terlibat sebagaimana dikemukakan di atas

Pertanyaannya adalah apakah emiten/bursa harus melakukan 'stock split' agar sahamnya menjadi lebih murah,  terjadi kondisi lebih likuid?  Saham ANTM harganya hampir 500 sementara UNVR hampir Rp45.000 atau berkisar 90 kali lebih mahal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun