Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Alasan Memilih Prabowo dan Jokowi? (Sebuah Renungan)

20 Agustus 2014   06:45 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:05 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indah kan? (image/tempo.co)

[caption id="" align="alignnone" width="620" caption="Indah kan? (image/tempo.co)"][/caption] Hari ini saya menonton berita di televisi yang menayangkan Persiapan Polisi untuk pengamanan pergerakan massa yang kemungkinan besar akan terjadi di Mahkamah Konstitusi menjelang pengumuman hasil gugatan Prabowo-Hatta terkait Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) yang akan diumukan pada 21 Agustus mendatang. Tak tanggung-tanggung melalui penuturan Kapolri Jendral Pol Sutarman,Pihaknya telah menyiapkan 22.000 Personel yang akan berjaga untuk mengahadapi hadangan massa yang mungkin akan terjadi nanti. Tak hanya di sekitar gedung MK, Pengamanan juga akan dibagi di MONAS, beberapa perkantoran dan pusat perbelanjaan yang strategis. Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, Mahkamah Konstitusi telah merampungkan sidang untuk mendengarkan keterangan saksi dan ahli saksinya sekaligus selama seminggu ini. Hamdan Zoelva dan hakim lainnya juga telah menerima ribuan lembar bukti-bukti yang dikirimkan oleh Prabowo-Hatta sebagai wujud nyata bahwa Pilpres lalu telah curang secara Sistematis, terstruktur dan Masif.

Keyakinan Kemenangan pihak Prabowo-Hatta yang sebenarnya secara resmi telah dinyatakan kalah di pilpres dari pasangan Jokowi-JK oleh penyelenggara Pilpres, Komisi Pemilihan Umum, pun telah menimbulkan banyak kontroversi baru di lingkungan masyarakat kita. Tak hanya Prabowo yang blak-blakan menyatakan diri sebagai pemenang Pilpres dan tidak mengakui Jokowi sebagai Presiden terpilih, melalui orasi-orasinya kepada pendukungnya Ketua Umum Gerindera inipun berhasil melahirkan supporter sejati yang tampaknya rela mati asalkan pengumuman dari MK nanti adalah berita kemenangan Prabowo. Pernyataan ini setidaknya terbukti dari beberapa partisan Prabowo yang menyebutnya ‘Titisan Allah’. Massa yang telah terjerat ke jaring-jaring Fanatik inilah yang menjadi alasan Kepolisian siaga satu untuk mengamankan kisruh hasil pengumuman MK nantinya. Kepolisian kita tampaknya telah mencium kisruh massa yang akan terjadi nanti jika gugatan Prabowo tidak dikabulkan. Jumlah [ersonel yang disiapkan pun tidak tanggung-tanggung, 22.000 jiwa! Seberapa besar pemberontakan yang dibayangkan Polri?

[caption id="" align="alignnone" width="536" caption="Kapolri Sutarman (image/merdeka.com)"]

Kapolri Sutarman (image/kompas.com)
Kapolri Sutarman (image/kompas.com)
[/caption]

Melihat perkembangan sidang gugatan Prabowo ke MK, jika tidak menutup mata dan telinga tentunya kita semua paham bahwa laporan-laporan tersebut banyak mengalami masalah dan revisi. Sehingga agak sulit membayangkan pengumuman nanti akan mengabulkan Gugatan Prabowo. Sekali lagi, Jika kita berfikir logis dan mengamati secara netral (katakanlah Golput), rasanya tidak mungkin KPU melakukan seperti apa yang dituduhkan Prabowo. Semua juga telah melihat baik Lembaga Survei, Quick Count, dan rilisan KPU sebelumnya hampir sama dan seiringan mengumumkan kemenangan Jokowi-JK pada Pilpres tahun ini. Saya ulangi, semua juga tahu kredibilitas Lembaga survey abal-abal yang mengumumkan kemenangan Prabowo-Hatta pada Pilpres lalu versi quick Count. Jadi apakah yang kita ragukan? Pernyataan Novela yang bersaksi di desanya tidak diadakan Pilpres lengkap dengan gerbang rumahnya yang katanya dirusak? Jikapun benar, berapa juta pemilih yang ada di desa Novela sehingga hasilnya akan memenangkan Prabowo? Di beberapa daerah Prabowo-Hatta tidak mendapatkan suara satupun, Jokowi-JK juga. Selama masa Kampanye Prabowo difitnah, Jokowi lebih dihina bahkan ikut-ikutan Ibundanya dibawa-bawa. Keduanya sama.

Lalu malam ini saya membaca sebuah berita yang ditulis di Kompas.com tentang tanggapan Prabowo yang sangat yakin akan memenangkan perkara di MK. Baca di Prabowo: Saya Yakin Pasti Menang, Pasti Menang...

"Kita tidak akan diam untuk membangun negeri ini. Bukan kekuasaan yang kita kejar, melainkan bahwa kita ingin memajukan Indonesia. Saya yakin, kami pasti menang, kami pasti menang," teriak Prabowo

Begitu kutipan orasi Prabowo yang sangat menggebu dan Percaya diri mengarah Over Confidence . muncul di benak saya, perlukah Bapak Prabowo menyampaikan itu? Apakah tidak lebih bijak jika beliau menyatakan “Kita lihat nanti ya dan tenang saja, jangan kisruh!”

Dengan keyakinan sedemikian besarnya, Prabowo yang terlanjur telah menjadi role model untuk pengikutnya secara tidak langsung telah menanamkan bahwa Pendukungnya harus dan harus tetap percaya Ia menang dan pasti ialah yang menang. Inilah yang berpotensi menimbulkan kericuhan pada 21 Agustus nanti. Pendukungnya telah dicecoki suatu kepastian semu bahwa Prabowolah yang menang. Sehingga aparatpun terpaksa siaga satu dengan ribuan personel. Lalu apa untungnya jika kita ikut-ikutan berdemo? Tak terima hasil? Untuk apa?

[caption id="" align="alignnone" width="620" caption="Perlukah Ini hanya untuk pengamanan massa yang tidak terima Hasil? (image/kompas.com)"]

Perlukah Ini hanya untuk pengamanan massa yang tidak terima Hasil? (image/kompas.com)
Perlukah Ini hanya untuk pengamanan massa yang tidak terima Hasil? (image/kompas.com)
[/caption]

Lalu apa sebenarnya tujuan kita meluangkan waktu untuk ikut serta dalam Pilpres lalu? Tentunya kita semua sepakat, Tujuannya adalah untuk mendapatkan Presiden baru yang dapat memajukan negara kita selama lima tahun ke depan. Pantaskah Prabowo? Pantas jua kah Jokowi? Tentu saja keduanya layak! Setelah diputuskan KPU bahwa hanya Prabowo dan Jokowi yang memenuhi syarat untuk bertanding di Pilpres 2014, secara otomatis keduanya adalah Putera terbaik bangsa kita saat ini dan layak memangku Jabatan Presiden. Jika anda merasa salah satu dari keduanya tidak layak, coba berkaca sebaik apa anda dari mereka berdua.

Namanya Pilihan tentu saja berbeda-beda bagi setiap orang. Sah-sah saja saat di bilik suara kita mencoblos Calon Presiden yang berbeda. Dengan harapan Capres yang kita pilih menjadi pemenang, namun jikapun kalah Kita tetap mendukung Presiden yang terpilih. Itulah demokrasi dan Warga yang menghargai demokrasi itu sendiri. Lalu jika saat mencoblos seorang Capres anda pernah berfikir bahwa Ia harus menang apapun caranya, Berarti anda orang sakit dan seharusnya tinggal di negara otoriter, Korea utara lebih tepat untuk anda daripada Indonesia!

Sayangnya percaya atau tidak, masyarakat kita sangat mudah terprovokasi oleh orang-orang licik. Sehingga bisa jadi yang akan berdemo di MK nantinya adalah rakyat biasa yang tidak tahu apa-apa. Ini yang memprihatinkan, dapat apa setelah berdemo? Hanya sakit hati dan perpecahan bangsa ini saja. Kenalkah Jokowi atau Prabowo kepada kita? Tentu saja Tidak! Apa mungkin fadli Zon atau Tantowi yahya mau berpanas-panasan ikut demo? Jawab sendiri!

Konsentrasi Aparat yang focus pada kemungkinan terjadinya perpecahan masyarakat pasca Putusan MK nanti kemudian bisa jadi akan dimanfaatkan oknum tertentu untuk mengobrak-abrik persatuan Negeri ini. Jangan lupakan ISIS dimana militannya sebagian besar dari Indonesia. Jika kita saling membenci hanya karena tidak terima Prabowo atau Jokowi kalah bisa jadi mereka ini akan menyusup dengan mudah. Bukankah lebih baik aparat negara ini mengejar teroris-teroris di negara kita? Karena itulah ancaman yang sebenarnya, Bukan kisruh Pilpres yang sudah jelas ujungnya!

Sadarlah, masa kampanye sudah berakhir kawan! Kita sudah memiliki Presiden terpilih dan diberitakan hampir semua televisi nasional. Presiden terpilihlah yang harus kita dukung dan bukan malah keukeuh dan pura-pura bodoh hanya karena mempertahankan pendapat. Akuilah dan tak usah malu, seperti yang saya sebut di atas Pilpres itu untuk menemukan Presiden baru yang memenangkan hati rakyat dari kandidat terbaik lawannya. Prabowo dan Jokowi sama-sama yang terbaik, namun Jokowi telah memenangkan lebih banyaak hati masyarakat kita. Apa yang salah? Masih mengungkit Dia kurus, tidak ganteng atau apa sih­ yang kita cari? Model majalah Calvin Kleinkah?

Harapan saya hanya satu, jikapun akan ada demo nantinya dari Tim Prabowo di MK pada tanggal 21 mendatang semoga saja mereka itu adalah Politisi, bukan rakyat biasa. Kita sebagai rakyat cukup menonton dari televisi saja, kasihan juga Polisinya yang diterpa dilema saat melihat demo anarkis nanti. Antara menembak mati atau melindungi rakyat. Lebih baik kita bekerja dengan baik untuk mencari nafkah bagi keluarga daripada dicecar politisi-politisi itu untuk berteriak-teriak di depan MK.

[caption id="" align="alignnone" width="350" caption="Indahnya Perdamaian (image/mfwi.edu)"][/caption]

Begitu saja, salam Keadilan! Damailah Indonesiaku!

Berita terkait:

Kapolri: peluru karet digunakan jika MK ricuh

Kapolri tingkatkan keamanan di MK jelang putusan gugatan Pilpres

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun