Mohon tunggu...
sahra divasari
sahra divasari Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi: membaca

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Arti "Giving" Dalam Islam

12 April 2025   17:35 Diperbarui: 12 April 2025   17:35 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa memberi senyum pun adalah sedekah. Ini artinya memberi senyum akan membuatmu menerima pahala. Pahala secara umum diartikan sebagai balasan Tuhan yang akan diterima kelak di akhirat atas kebaikan yang diperbuat di dunia. Dosa sebaliknya adalah akibat buruk yang diterima di akhirat atas perbuatan buruk di dunia. Pahala dan dosa seperti sebuah janji yang akan disongsong kelak.

Dalam rumusan matematika, bila sesuatu dikeluarkan, sesuatu itu akan berkurang atau dalam istilah Arab tajaffa yang arti harfiahnya adalah mengering. Lima diambil dua, maka tigalah sisanya.  Memberi bisa dilihat dari dua sisi, sisi agama dan psikologis. Dari sisi agama, memberi, khususnya kebaikan, sesungguhnya justru melipatgandakan kebaikan si pemberi. Bahkan dalam Alquran disebutkan hitungan-hitungan angka berlipatnya kebaikan. Kebaikan satu akan berbalas 100. Logika memberi tapi tidak mengurangi bisa dijelaskan dengan konsep tasawuf, tajalli, melimpahnya apa yang dimiliki Tuhan tanpa mengurangi apa yang dimiliki-Nya. Tuhan menciptakan makhluk, memberikan kehidupan kepada mereka, semua itu tidak membuat-Nya kehilangan, tapi justru dengan memberikan limpahan menjadikan-Nya menerima sesuatu yang lain, yaitu terbukanya tabir Tuhan sebagai Tuhan pencipta yang tersembunyi (kanz makhfi) sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis Qudsi.

Di sini ada timbal balik, memberi tapi pada saat yang sama menerima. Demikian pula dengan memberikan harta atau bentuk kebaikan lain. Bila kita renungkan, memberikan harta kita dalam Islam dikatakan sebagai menyucikan harta yang dimiliki. Secara teologis pun sudah ditegaskan bahwa tak ada yang gratisan ketika mengeluarkan harta. Sesungguhnya itu bukan untuk orang lain, tapi untuk kebaikan diri sendiri. Memberi kepada orang lain sesungguhnya adalah membuat diri sendiri menerima sesuatu yang sering kali jauh lebih besar dan berharga dari yang diberikan. Tak ada orang yang jatuh miskin karena memberi dan tak ada orang yang kehilangan senyum bahagia karena memberi senyuman kepada sesama. Banyak sekali ayat dalam al-Qur'an yang menunjukkan bahwa pemberi kebaikan akan menerima kebaikan, bahkan berlipat ganda dan dengan bonus luar biasa. Memberi dalam Islam disebut dengan berbagai istilah. Ada zakat, infak, sedekah, amal saleh, dan lain-lain.

Zakat sendiri merupakan Rukun Islam yang ke-3 serta wajib dikeluarkan untuk harta tertentu yang sudah mencapai haul dan nishabnya, dan diberikan hanya kepada golongan tertentu yakni 8 asnaf (Fakir, Miskin, Amil, Muallaf, Riqab, Gharimin, Fisabilillah dan Ibnu Sabil). Sedangkan Infak adalah mengeluarkan sebagian harta untuk kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Jika zakat ada nisabnya, Infak tak mengenal nishab. Sementara kata sedekah adalah segala bentuk pembelanjaan (Infak) di jalan Allah. Berbeda dengan zakat, sedekah tidak dibatasi atau tidak terikat dan tidak memiliki batasan-batasan tertentu. Sedekah, selain bisa dalam bentuk harta, dapat juga berupa sumbangan tenaga atau pemikiran, dan bahkan sekedar senyuman. Wakaf sendiri merupakan pemberian aset yang berupa tanah, gedung, rumah, kendaraan, masjid, dan aset lainnya yang bersifat produktif. Aset tersebut nantinya akan dikelola oleh lembaga atau badan wakaf agar bisa dikelola dengan baik dan sesuai dengan syariat islam. Wakaf ini merupakah salah satu amal jariah bagi yang melakukannya. "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputus lah amalannya kecuali tiga perkara, sedekah jariah, ilmu yang di manfaatkan, dan doa anak yang shalih." (HR. Muslim).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun