Mohon tunggu...
SAHIBUL
SAHIBUL Mohon Tunggu...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kemiskinan dan Para Sarjana Pengangguran

22 Maret 2016   13:04 Diperbarui: 22 Maret 2016   13:18 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tolak ukur sebuah negara dikatakan maju atau mundurnya bisa di lihat dari tingkat kesejahteraan yang di rasakan oleh semua lapisan masyarakat baik itu dalam hal ekonomi maupun pendidkannya. Salah satu pilar dalam memajukan sebuah negara untuk mensejahterakan rakyatnya tergantung pada sumber daya manusia yang ada di sebuah negara tersebut, karena persoalan pendidikan dapat di katakan sebagai kunci untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara.

Semenjak indonesia lepas dari jeratan penjajahan dalam berfikir maupun secara fisik, samapai hari ini sektor pendidikan baik dari tingkat kanak-kanak sampai perguruan tinggi sudah berjamuran di setiap daerah. Keberadaan lembaga pendidikan/sekolah tersebut adalah sebuah jawaban bahwa pendidikan adalah sebagai kebutuhan pokok dalam memajukan sebuah negara dari berbagai macam persoalan kehidupan bermasyarakat maupaun bernegara.  

Berbagai macam rancangan program yang di lakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah untuk mensiasati bagaimana menarik minat masyarakat untuk tertarik dalam hal mengenyam pendidikan serta alokasi dana yang di kucurkan untuk melongarkan jalannya proses pendidikan, persoalan kebijakan pendidkan, sudah di lakukan oleh pemerintah pusat sampai pada hal yang terkecil pun sudah di lakukan seperti halnya pergantian kurikulum pendidikan, pelatihan para guru untuk meningkatkan mutu pendidikan.  

Nusa Tenggara Barat sebagai daerah yang tergolong dalam daerah yang memiliki potensi untuk maju dalam hal ekonomi, pemerintah NTB sudah banyak melakukan program dalam hal memajukan daerahnya mulai dari Program Pemberantasan Buta Aksara, Wajib belajar 9 tahun dan banyak yang lainnya sudah di lakukan, alhasil belum terlihat maksimal pada kondisi rill masyarakat. Dari program pemerintah tersebut sudah jelas memiliki tujuan untuk mengantisipasi kemunculan kemiskinan yang akan ada.

Kondisi yang terjadi di Provinsi NTB sampai hari ini  masih di jamuri oleh angka kemiskinan yang cukup tinggi. Baru-baru ini BPS NTB merilis, angka kemiskinan di NTB menurun pada periode Maret-September 2015 sebesar 0,56 persen. Jumlah penduduk miskin di NTB sebesar 16,54 persen atau 802.029 orang. Angka tersebut berkurang 21.060 orang atau 0,56 persen dibandingkan dengan penduduk miskin pada posisi Maret 2015 yang mencapai 17,10 persen atau 823.089 orang. Namun sekalipun ada penurunan dari data sebelumnya, NTB masih tergolong belum maksimal dalam menuntaskan angka kemiskinan jika dibandingkan dengan angka kemiskinan yang harus ada, karena persoalannya angka kemiskinan secara nasional maksimal angka kemiskinan itu ada di suatu negara sebanyak 9-10 persen baru dikatakan tingkat kemajuan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat tercapai. Nah apalagi di daerah NTB yang dapat dikatakan sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi sumber daya alamnya seperti lahan pertanian yang masih berlimpah dari pada daerah yang lain menjadi ironis angka kemiskinan yang turun 0,56% tersebut.

Kemiskinan memang tidak bisa kita hindari dalam setiap daerah, karena memang ada beberapa faktor yang menyebabkan kemiskinan masih saja terlindungi di NTB ini, pertama; kurangnya skil yang di miliki oleh masyarakat NTB, kedua; tingginya angka penganguran lulusan SMA sederajat maupun Serjana, ketiga kurangnya pengontrolan terhadap program yang sudah di jalankan oleh pemerintah.

Pemprov NTB untuk saat ini meminta isu mengenai kemiskinan menjadi isu utama dalam rancangan teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tujuh kabupaten/kota yang baru saja kepala daerahnya dilantik. Pemprov juga akan mengevaluasi Perda APBD kabupaten/kota terkait dengan pengalokasian anggaran dalam pengentasan kemiskinan yang dianggarkan dalam APBD masing-masing.

‘’Mari rancangan teknokratik RPJMD itu jadi isu utama. Kami akan mengecek kesesuaian tema-tema yang kita hadapi. Itu akan menjadi perhatian kami,’’ kata Kepala Bappeda NTB, H. Chairul Mahsul, SH, MM di Mataram, (suara NTB Maret-2016).

Chairul mengatakan, ada tujuh bupati/walikota yang dilantik serentak pada 17 Februari lalu. Yakni Kota Mataram, Lombok Utara, Lombok Tengah, Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu dan Bima. Para kepala daerah ini memiliki semangat yang besar untuk menurunkan angka kemiskinan di masing-masing wilayahnya. Untuk itu, isu kemiskinan perlu menjadi isu utama dalam penyusunan RPJMD masing-masing kabupaten/kota lima tahun ke depan.

Gubernur Nusa Tenggara Barat, TGH Muhammad Zainul Majdi meminta kepada seluruh Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) untuk lebih mempertajam program penanggulangan kemiskinan di tahun 2016.

Diantaranya yang bisa dilakukan adalah dengan program pemberdayaan ekonomi serta pemenuhan hak-hak dasar masyarakat.

“Program yang sudah dilakukan harus dipertajam pada 2016. Program kongkrit yang bisa menurunkan angka kemiskinan. Baik melalui pemberdayaan ekonomi maupun pemenuhan hak dasar,” ujarnya kepada wartawan di Kota Mataram, (suara NTB 01-2016).

Lulusan Perguruan Tinggi Mendapat Pertanyaan

Kemiskinan yang sudah di sediakan beberapa programn oleh Pemprov NTB sampai saat ini bukan berarti para lulusan Serjana perguruan tinggi yang ada di NTB hanya menunggu hasil saja, adalah sebagai tangung jawab pula bagi para serjana karena memang angka kemiskinan yang ada di NTB merupakan tangung jawab semua lapisan masyarakat terlepas dari pemerintah yang sudah mencoba beberapa terobosan untuk menurunkan 1 persen setiap tahunnya untuk kemiskinan.

Tercatat oleh BPS NTB tahun 2014 bahwa angka penganguran yang di pegang oleh orang-orang yang berpendidikan yang terutama lulusan Perguruan Tinggi sederajat, ini pertanda bahwa orang yang berpendidikan masih berkutat pada jurusan yang di emban selama masih menjadi mahasiswa di perguruan tinggi tanpa ada respon terhadap kondisi rill yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Para lulusan serjana untuk memulai dari kondisi rill masyarakat

Melihat peluang kerja di Indonesia untuk yang CPNS terutama bisa di katakan sedikit peluang bagi para lulusan serjana muda untuk mendapat status sebagai PNS, bahkan penerimaan CPNS pun cukup ribet karena telah terindikasi kecuangan dalam penerimaan pada tahun sebelumnya, hampir sampai ribuan peserta dari lulusan serjana yang mendaftar CPNS pada tahun sebelumnya di NTB dan kurang lebih sekitar 150 untuk kuota penerimaan di NTB. Tingkat keberhasilan untuk dapat menurunkan angka kemiskinan di NTB jika berharap melalui PNS untuk para serjana, jika  kita analisis secara sederhana  peluang untuk mendaptkan pekerjaan pun memiliki dampak untuk menurunkan angka kemiskinan yang ada di NTB, seperti pembuatan Koperasi Unit Desa yang akan mengelola hasil panen masyarakat.

Peluang para serjana dalam menurunkan angka kemiskinan di NTB pertama; Dengan cara, para serjana dari berbagai jurusan untuk memulai mengabungkan diri untuk membuat suatu program sesuai dengan kondisi maupun potensi yang ada pada masyarakat setempat, kedua; menghindarkan sikap gensi dalam hal pembangunan desa melalui pembangunan karang taruna yang nantinya akan mengontrol kebijakan serta kebutuhan masyarakat setempat agar menjadi lebih tepat dalam hal membuat program oleh pemerintah desa setempat, ketiga; membuat ikatan alumni di setiap kabupaten/kota  untuk membahas persoalan yang di hadapi oleh masyarakat serta mengontrol kebijakan yang di keluarkan oleh pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota agar supaya targetan yang sudah di tentukan bisa tercapai secara maksimal.  

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun