“Saya enggak ngerti harus gimana lagi biar bisa dibilang anak baik.”
Itu adalah kalimat yang keluar dari beberapa anak di kelas saya. Ia tidak berteriak. Tidak melempar barang. Tidak menangis. Tapi matanya memuat luka yang dalam.
Hari itu, saya belajar untuk mendengar. Karena saya sadar yang dibutuhkan adalah mereka dibimbing, bukan dipermalukan,penghakiman, tapi pengertian.
Mereka tidak nakal. Mereka hanya tidak tahu bagaimana menyampaikan rasa sakitnya.
Dalam keseharian sebagai guru, kita sering terjebak pada label: “anak ini sulit”, “anak itu bandel”, “anak ini tidak bisa diatur”.
Padahal sesungguhnya, tidak ada anak yang ingin jadi nakal.
Yang mereka butuhkan hanyalah cara baru untuk dimengerti.
Mungkin mereka sedang:
- Lelah di rumah, tapi tidak tahu cara bicara
- Merasa tidak cukup dicintai
- Bingung dengan emosi yang datang bertubi-tubi
Saya mengubah pendekatan. Dari hukuman menjadi pelukan.
Saya mulai menerapkan:
- Komunikasi sadar: mengajak bicara dengan hati, bukan suara tinggi
- Relaksasi ringan sebelum pelajaran
- Menulis jurnal emosi agar anak bisa mengenali perasaannya
- Afirmasi positif seperti: “Aku anak baik. Aku sedang belajar tenang. Aku disayang.”
Bukan karena takut, tapi karena merasa diterima.
Ada luka dalam diri anak yang hanya bisa sembuh dengan kelembutan.
Salah satu anak menulis dalam jurnalnya:
“Kalau di rumah aku dimarahin, di kelas aku merasa lebih tenang. Terima kasih, Bu.”
Apa yang lebih indah dari itu?
Ketika kelas menjadi tempat aman, bukan ruang tekanan.
Kita bisa memilih: menghakimi atau memeluk.
Setiap anak adalah cermin dari cara dunia memperlakukannya.
Kalau mereka tumbuh dengan penghakiman, mereka akan membalas dengan kemarahan.
Tapi jika mereka tumbuh dengan pemahaman, mereka akan mekar dalam kasih.
Akhir Kata
Mari hentikan warisan pola lama yang penuh teriakan.
Mari kita beri tempat bagi keheningan, pelukan, dan kata-kata yang menyembuhkan.
Karena kadang, anak yang paling keras, hanya sedang sangat ingin didengar.
Tentang Penulis
Setia adalah guru SD, trainer hipnosis berlisensi, praktisi hypnomotivasi anak, dan terapis bersertifikat di bidang hipnoterapi. Ia percaya bahwa setiap anak bisa tumbuh lebih kuat dan bahagia saat dipahami dengan cinta. Kini ia aktif berbagi melalui kanal Sahabat Setia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI