Mohon tunggu...
Desi Parlina
Desi Parlina Mohon Tunggu... -

Aku bukan seorang penulis tapi aku hanya orang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terjerat Kartu Setan

16 April 2010   06:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:46 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_119697" align="alignleft" width="145" caption="copas from : www.mynicespace.com"][/caption] Pertama sih jujur aja ngerti fungsi dari "credit card" sampai pada akhirnya aku pun berkenalan dengan kartu setan ini. Pulang kerja aku janjian sama teman-teman di Mall, rencananya sih mau temu kangen gitu. Maklum udah lama nih nggak ketemu. Lagi asik tengok kanan kiri eh ada seseorang menghampiri.... "Mbak sudah punya kartu kredit?" sapa cowok yang berdiri di depanku "Belum" aku geleng-geleng kepala " Mau coba aplikasi nggak mbak? Syaratnya mudah lho dapet hadiah langsung boneka cantik ini" tawarnya lagi kepadaku sambil menyodorkan sebuah boneka teddy bear mungil "Nggak dulu deh..." ku coba menolak sambil berlalu Aku segera menuju tempat dimana aku sudah sepakat bertemu dengan teman-teman. Mmm...bau harum masakan mulai menggoda hasratku untuk segera memesan makanan. Padahal teman-temanku belum ada yang datang. Lima belas menit berlalu satu persatu temanku pun hadir, asik ngumpul nih. Biasa deh cewek kalau udah ketemu ngomong sana-sini. Tiba-tiba aku teringat sesuatu..... "Eh...udah ada yang punya kartu kredit nggak?' tanyaku spontan "Belum" jawab mereka ber-4 hampir berbarengan " Tadi aku ditawarin lho, ada hadiahnya lagi..."  aku mulai berlagak kayak marketing kartu kredit itu " Masa sih???" Nina heran "Gimana caranya" tanya Kiky "Gimana kalau kita rame-rame aplikasi aja biar seru" aku mulai membujuk teman-temanku "Setujuuuuuu" teriak Mira, Kiky, Nina, Ririn hampir berbarengan Selesai makan-makan dan puas ngobrol akhirnya kami berlima menghampiri marketing "credit card". Tau nggak sih, padahal sebenernya nggak butuh kartu itu tapi biasa deh karena ikut-ikutan aja biar keliatan "gaya". Dua minggu berlalu....Aku pesimis, aku rasa kartu kredit aku nggak di acc deh. Ternyata  bukan cuma aku saja teman-temanku yang lain pun ternyata belum dapat kabar apa-apa. Ya udahlah.....lagi pula hanya iseng aja. Minggu ketiga akhirnya aku punya kartu kredit, yesss....di acc juga. Ternyata diantara kami berlima hanya aku dan Ririn yang aplikasinya di setujui. Happy berat nih...kebetulan besok weekend, so pasti mau shopping sekalian mau nyoba"gesek". Ternyata....gara-gara kartu itu aku jadi "kalap" soalnya bentar-bentar maen "gesek" kalau itu orang mungkin barangkali sudah lecet. "Hah...?????" teriakku spontan pas ngeliat bill kartu kredit " Mampus deh" aku mulai merasa khawatir "Waduh...harus cari hutangan nih buat bayar tagihan bulan ini" aku mulai bepikir keras Mulai dari situlah aku mulai gali lobang tutup lobang. Gaji abis cuma buat bayar hutang. Kerja sebulan habis sehari. Capeeee deh....!!! BUkannya kapok aku malah aplikasi kartu kredit baru lagi, aku pikir bisa tarik tunai dari kartu yang satu buat bayar cicilan kartu yang yang lain dari pada pinjem ke temen melulu kan malu. Pokoknya jangan sampai kebobolan lagi. Begitulah janji yang kuberi untuk diriku sendiri. Janji tinggal janji...Bukannya kapok aku makin kalap, kumat deh hasrat shopping setelah sekian lama terpendam. Dengan gaya sok"borju" aku traktir teman-teman dengan cara seperti biasa "gesek". Kayaknya aku mulai dapat julukan baru nih dari teman-temanku yaitu "Ratu Gesek." Wuiiih....bangga nih ceritanya. Padahal banyak hutang tapi kalau di depan teman-teman kayak aku aja yang punya uang di dunia ini. Tagihan mulai membengkak, aku mulai tak sanggup lagi membayar. Sebulan, dua bulan sampai hampir setahun aku biarkan, aku lepas tanggung jawab alias nggak bayar-bayar. Emang sih untuk sementara waktu aku merasa tenang tapi akhirnya ketenanganku terusik akan kedatangan tamu tak di undang yaitu "sang broker". Sekujur tubuh rasanya lemas....takut...pokoknya bercampur aduk. Sang broker mulai menegaskan bahwa aku harus melunasi tagihan yang tertunggak itu dalam waktu sebulan ini. Ingat akhir bulan ini harus sudah lunas!!! Aku cuma bisa nangis....kasihan orang tuaku. Aku bukannya membantu meringankan beban mereka malah menambah beban. Dasar anak tak tau diri. Aku pun mulai memaki diriku sendiri. Cemas mulai meliputi hati...putus asa sudah pasti...aku mulai berpikir untuk mengakhiri hidup....karena aku pikir dengan "mati" semua masalah akan selesai. Alhamdullilah...Tuhan masih sayang kepadaku. Disaat diriku putus asa, DIA datangkan dewa penolong untuk diriku. Beberapa hari sebelum jatuh tempo pembayaran berakhir, tak sengaja aku bertemu dengan teman lamaku, Sarah. Tanpa aku sadari aku pun mulai curhat tentang kegundahan hatiku. Ternyata Sarah itu cukup prihatin dengan keadaanku saat ini, entah apa yang ada di pikirannya sehingga dia dengan mudahnya memberikan aku pinjaman untuk membayar semua hutang-hutangku itu. Sarah berpesan bahwa aku harus menyicil kepadanya semampunya saja. Alangkah baiknya....aku pikir tidak ada lagi orang baik di dunia ini. Hari ini aku lunasi hutang-hutangku. Say God Bye.....!!! Nggak ada lagi yang namanya kartu kredit. Mau kelihatan hebat malah sengsara. Sebenernya kalau aku menggunakannya dengan baik, aku rasa nggak akan begini jadinya. Aku terlalu bernafsu untuk "menggesek" kayaknya kalau shopping nggak gesek kurang afdol. Kini hidupku jauh lebih tenang...aku nggak akan pernah lagi yang namanya menyentuh "kartu setan" itu lagi. Kapok!!! @ Created By : D-She *16-04-10*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun