Keracunan pangan akibat Staphylococcus aureus sering terjadi secara mendadak karena toksin yang dihasilkan cepat memicu gejala, seperti muntah dan diare, hanya dalam 6–10 jam setelah makanan dikonsumsi. Salah satu contoh nyata terjadi pada kasus keracunan ayam ricarica di Purworejo, di mana 87,6% peserta acara mengalami gejala setelah mengonsumsi makanan tersebut dan hasil laboratorium mengonfirmasi S. aureus sebagai penyebabnya. Kasus seperti ini menunjukkan bahwa makanan yang disimpan terlalu lama pada suhu ruang dapat menjadi media berkembangnya bakteri dan input toksinnya (Ikrila et al., 2025). Ancaman semakin tersembunyi karena gejala bisa muncul cepat dan gejalanya bisa disamakan dengan penyakit umum. Hal ini menegaskan pentingnya pengawasan suhu penyimpanan dan kebersihan dalam penanganan makanan.
Mencegah Kontaminasi Staphylococcus aureus Pada Makanan
Berikut adalah beberapa cara mencegah kontaminasi Staphylococcus aureus pada makanan agar tetap aman dikonsumsi:
1. Cuci tangan dengan sabun
Cuci tangan sebelum, selama, dan setelah menyiapkan makanan. Ini penting karena S. aureus hidup di kulit dan saluran pernapasan manusia.
2. Gunakan peralatan yang bersih
Pastikan alat masak dan wadah penyimpanan dicuci dengan baik. Hindari menggunakan alat yang sudah terkontaminasi silang.
3. Simpan Makanan pada Suhu yang Tepat
S. aureus tumbuh cepat pada suhu 20–40°C. Simpan makanan matang di bawah 5°C atau panaskan kembali di atas 60°C.
4. Hindari Menyimpan Makanan Terlalu Lama di Suhu Ruangan
Jangan biarkan makanan matang berada di suhu ruang lebih dari 2 jam. Enterotoksin S. aureus tahan panas, jadi meskipun dipanaskan ulang, toksinnya tetap berbahaya.