Maraknya penggunaan teknologi digital dan pengguna jejaring internet merupakan tanda Indonesia sudah memasuki era revolusi industri 4.0. Hampir semua penduduk kini menggunakan media masa sebagai media up to date untuk segala macam trending topik baik berita yang ada di negara sendiri maupun negara luar. Teknologi canggih yang melatarbelakangi era revolusi industri 4.0 yaitu meningkatnya teknologi computing power, 3D printing kapasitas, teknologi sensor, penyimpan data, kecepatan komunikasi, kecerdasan buatan (AI) menggantikan manusia, neuro bioteknologi dan nanoteknologi (Nugraha, 2018). Dilihat dari sudut pandang pekerjaan, peran Sumber Daya Manusia sebagai pegawai atau pekerja untuk mencapai tujuan organisasi diharapkan mampu bersaing dengan teknologi yang serba digital tersebut.
Atas hal itu, teknologi digital yang berkembang sangat pesat telah merubah peran manusia dalam bekerja. Kehadiran software aplikasi telah menciptakan transaksi antara manusia dengan mesin yang bersifat online, sehingga mengurangi tenaga kerja manusia. Beberapa department store banyak yang memilih tutup karena masyarakat mulai beralih ke belanja online lewat aplikasi seperti shopee, tokopedia, dan lain-lain. Selain itu ada petugas pintu jalan toll atau petugas tiket di parkiran mall-mall telah digantikan oleh gerbang elektronik. Di bidang perkantoran, pekerjaan yang bersifat administratif semakin berkurang. Misalnya, fungsi sekretaris, administrasi SDM dan keuangan, sudah digantikan oleh aplikasi dan mesin atau di-outsourcing ke perusahaan lain. Tentu saja hal ini dapat menjadi ancaman bagi Sumber Daya Manusia bangsa Indonesia, yang saat ini masih bekerja secara padat karya. Apalagi mengingat kualitas SDM di Indonesia yang masih rendah, tak sebanding dengan kualitas SDM di negara-negara maju.
Ancaman-ancaman tersebut membuat individu seperti dituntut untuk mampu berdaptasi, yakni dengan mengembangkan kompetensinya. Hal ini berupa kompetensi teknis (technical skills) dan non teknis (soft-skills). Technical skills diperoleh melalui pendidikan vocation, pelatihan, dan program sertifikasi teknis. Namun, yang sering ketinggalan adalah pengembangan soft-skills yang sangat terbatas diajarkan dan dilatih di perguruan tinggi. Jika
dari awal tidak mempersiapkan itu semua, atau tidak melatih skill sejak dini, maka akan kalah bersaing dengan calon pekerja lainnya.
Di bawah ini merupakan tips melakukan pengembangan sumber daya manusia secara digital yang bisa mengubah masa depan perusahaan menjadi lebih, dan tentunya untuk mempersiapkan diri sendiri menjadi lebih layak untuk menjadi pekerja.
1. Memahami Kebutuhan Perusahaan
Kita harus bisa memahami bahwa tidak semua pelatihan dan pengembangan dapat dilakukan secara digital. Divisi HR harus mampu menganalisis kebutuhan pasar dan bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada. Dengan begitu, perusahaan dapat memutuskan pelatihan apa yang sedang dibutuhkan dan mampu dilakukan secara digital.
2. Melakukan Pelatihan
Memberikan pelatihan untuk mengembangkan SDM, tetap wajib dilakukan di era digital ini seperti misalnya meeting secara online. Â Walaupun benar bahwa pelatihan dan pengembangan secara digital sifatnya fleksibel. Waktu untuk melakukan pelatihan SDM tentunya harus melihat waktu yang tepat agar tidak mengganggu tugas harian karyawan.
3. Melakukan Evaluasi Kerja
Cara mengetahui sejauh mana efektivitas pengembangan SDM secara digital telah diterapkan di perusahaan adalah dengan melakukan penilaian di akhir pelatihan. Evaluasi berguna untuk mengetahui apakah pelatihan dan pengembangan yang sudah dilakukan berdampak pada kinerja karyawan. Evaluasi sangat berguna untuk meningkatkan mutu kerja karyawan dan memperbaiki kualitas SDM.