Fase 3: Marah
Karena tadi pada fase 2 kita melakukan penyangkalan, secara tidak sadar  pada fase ini emosi besar siap muncul di permukaan. Jika kita membuat sebuah grafik emosi, fase ketiga ini berada pada puncaknya. Dimana kita membutuhkan orang atau sesuatu yang bisa kita salahkan karena emosi negatif atau perasaan tidak nyaman yang sedang kita rasakan sekarang. Biasanya sih mantan ya kalimat-kalimat yang akan keluar pasti berbunyi "ini gara-gara dia, makanya bisa jadi putus"
Fase 4: tawar menawar
Ketika setelah marah kita merasa bahwa "oh ternyata sebenarnya kita punya perasaan ya kepada dia". Lalu, kita pun mulai membuat manipulasi diri dan tawar menawar dengan diri sendiri dan kita menjadi berandai-andai jika misalnya "kalau aku menghubungi dia, dia akan membalas tidak ya", "kalau aku meminta kembali, dia akan kembali tidak ya", "dia pasti masih punya perasaan kepadaku" begitu kata kita kepada diri sendiri. Padahal, kita tahu keputusan itu adalah yang terbaik.
Fase 5: depresi
Setelah melewati empat fase dan masih belum berhasil move-on, kita akan masuk pada fase menyerah kepada emosi kita. Biasanya semua emosi akan meluap-luap pada fase ini. Salah satunya yang paling besar adalah sedih. Jika kita ingin menangis, maka menangislah pada fase ini dan jangan khawatir, karena menangis itu diperlukan. Â Setelah melewati 5 fase ini, akhirnya tibalah kita pada fase tambahan yaitu yang keenam.
Fase: penerimaan
Biasanya pada fase ini semua perasaan sedih, marah, kecewa, bingung masih ada. Mendengar  namanya disebut pun kadang kita masih teringat dengan kenangan di masa lalu. Tapi, di fase ini kita sudah belajar menerima dan melihat sisi baik dari keputusan yang telah dibuat.
Sebelum masuk kepada tahap move-on ada satu tahap tambahan yang harus kita lakukan yaitu:
Pemetaan Emosi
Untuk apa ini dilakukan? Yaitu untuk memastikan tidak ada emosi atau perasaan negatif yang dapat menghambat kita menuju tahap move-on. Lalu, bagaimana cara kita untuk melakukan pemetaan emosi?