Mohon tunggu...
Saepullah
Saepullah Mohon Tunggu... Guru - Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Maknai Sejarah dengan Menjelajah

19 Agustus 2019   11:49 Diperbarui: 19 Agustus 2019   12:06 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Momentum Hari Ulang Tahun ke 74 Republik Indonesia menjadi momen berharga. Momen yang takkan bisa berulang perlu dimaknai dengan arti sejarah yang berharga. Begitu pula agenda yang dilaksanakan pada Minggu 18 Agustus 2019 bersama komik dengan menjelajah.

Kegiatan yang kuikuti dengan persiapan sebaik-baiknya, pun harus dengan penuh kegigihan. Betapa tidak, aku yang sudah bersiap dari subuh pada Minggu tersebut, sudah kenanti mengenang dan mengambil intisari dalam momen kenangan bersama sejarah.

Kegiatan yang diadakan oleh komik tersebut yang bertema jelajah menjadi makna tersendiri bagiku. Dari jelajah museum, hingga jelajah kuliner bahkan jelajah tentang film dengan nonton bareng (nobar) di wilayah Cikini.

Peserta jelajah bersama komik (dok. Babeh Helmi)
Peserta jelajah bersama komik (dok. Babeh Helmi)
Jelajah Museum

Kegiatan yang memang paling tidak kurasakan adalah jelajah museum. Namun, entah mengapa kegiatan bersama komik ini bikin bersemangat dan menginspirasi.

Jelajah ke museum perumusan naskah proklamasi menjadi titik awal dari kegiatan bersama komik. Kuberjalan sejenak dari stasiun cikini hingga menuju ke lokasi dengan bantuan GMaps. Ada sedih dan campur bahagia ketika bisa hadir ke museum ini dengan tepat waktu.

Plang dari depan Museum Naskah Proklamasi (dokpri)
Plang dari depan Museum Naskah Proklamasi (dokpri)
Biaya masuk museum naskah proklamasi ini relatif murah loh. Untuk dewasa hanya Rp. 2.000,- , anak-anak hanya Rp. 1.000,-, rombongan (lebih dari 20 orang) dewasa hanya Rp. 1.000,-, dan rombongan anak-anak (lebih dari 20 orang) hanya Rp. 500,-. Lumayan terjangkau donk.
Museum perumusan naskah proklamasi ini ada dua lantai. Lantai pertama dengan bukti otentik berbentuk replika menjadi terkenang masa sejarah awal kemerdekaan Indonesia tersebut. Lantai dua berisikan tentang foto, dan beberapa peninggalan lainnya yang juga tidak bisa dilupakan dari sejarah. Namun, rangkaian sejarah belum terkuat dengan jelas jika melihat dari buku pelajaran di sekolah.

Tab yang ada di depan bagian registrasi tiket masuk (dokpri)
Tab yang ada di depan bagian registrasi tiket masuk (dokpri)
Di lantai satu setelah melewati pintu masuk, akan dihadapkan dengan bagian registrasi. Bgian ini sebagai awal masuk untuk membeli tiket. Di depan bagian registrasi ini terdapat komputer berbentuk tab yang dapat memberikan pengalaman sejarah, mulai dari bagian ruangan demi ruangan yang ada, video film sejarah, hingga kepada quiz terkait sejarah.

Tayangan game pada tab di depan bagian registrasi
Tayangan game pada tab di depan bagian registrasi
Setelah melaksanakan registrasi, aku dan teman komik yang lainnya dihadapkan pada ruangan nonton film terkait awal-awal kemerdekaan. Ruangan ini posisinya yaitu dari pintu utama museum belok ke kiri, setelah itu masuk ke ruangan khusus menayangkan film. Di ruangan tentu saja, karena komik merupakan komunitas pencinta film bagi kompasianers dan juga hobi menonton film, menjadi ajang keasyikan penuh haru. Film yang ditayangkan merupakan film-film dokumenter yang disatukan sehingga menjadi kesatuan film yang menarik. Suasana layaknya menonton di gedung bioskop pun tercipta meski hanya bermodalkan proyektor yang di pncarkan cahayanya ke proyektor screen. Namun, suasana dengan audio dalam ruangan yang mendukung membuat kemasyhuran bagi museum tersebut.

Komik kompasiana bersiap untuk menonton
Komik kompasiana bersiap untuk menonton
Menonton film dokumenter selama kurang dari 15 menit tersebut yang menjadi saksi sejarah menambah spirit nasionalisme bagi anggota komik. Namun, masih ingin yang lebih panjang lagi yang sekitar 6 jam. Mungkin ada lagi di lain waktu.

Screen dan audio di ruang tayangan film (dokpri)
Screen dan audio di ruang tayangan film (dokpri)
Setelah menonton, kami peserta jelajah pun mengiringi seorang pemandu museum untuk dituntun ke ruangan demi ruangan sebagai bukti otentik sejarah. Pemandu yang humble itu bernama Ari Suryanto dengan cekatan dan penuh semangat menjelaskan kepada peserta jelajah.

Komik kompasiana dan pemandu museum mas Ary (persis sebelah kananku) berfoto bersama dengan background foto tentang Laksamana Maeda dan secuil kisahnya (foto oleh Babeh Helmi)
Komik kompasiana dan pemandu museum mas Ary (persis sebelah kananku) berfoto bersama dengan background foto tentang Laksamana Maeda dan secuil kisahnya (foto oleh Babeh Helmi)
Mas Ari pun mengawali penjelasan dengan penjelasan tentang Laksamana Muda Tadashi Maeda dan rumahnya. Laksamana Maeda merupakan Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Tentara Kekaisaran Jepang. Laksamana Maeda meskipun tentara Jepang, namun sangat pro terhadap kemerdekaan RI. Melalui Laksamana Maeda tersebutlah akhirnya rumahnya yang besar, bisa dipinjamkan untuk kegunaan perumusan naskah proklamasi 17 Agustus 1945. Rumahnya yang berbentuk seperti gedung itulah yang kini diabadikan menjadi museum naskah proklamasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun