Mengawali tulisanku kali ini, mari kita sepakati bahwa film Filosofi Kopi adalah salah satu film yang sangat bagus dan berkualitas serta menghadirkan nilai budaya dan moral yang kental. Persahabatan Ben & Jody menghadirkan cerita yang baru dan tidak membosankan, bahkan dari film inilah aku mengerti tentang kopi, walaupun aku sebenernya bukanlah seorang coffee addict. Setelah sukses dengan film Filosofi Kopi 1 dan 2, kini sekuel ketiganya akan hadir dengan judul Ben & Jody, menarik untuk di tonton!
Disini aku akan bercerita tentang perjalananku pergi ke salah satu kedai Filosofi Kopi di daerah Bandung, tepatnya di daerah Dago Atas. Cuaca Bandung yang dingin memang sangat tepat untuk bercerita dan bersantai, apalagi jika ditemani oleh teman ngobrol yang asik. Tentu aku tidak sendirian ke Bandung hanya untuk ngopi saja, mengingat aku sendiri tinggal di Karawang. Melainkan, aku sudah punya janji dengan teman baru yang aku kenal di sosial media.
Namanya Mrs. T, dia adalah teman baru yang aku kenal di instagram dan ini adalah pertemuan pertama kami. Aku jemput dia di kampusnya, setelah itu kami langsung bergegas ke tempat yang sudah disepakati di awal yaitu Filkop Dago Atas. Sesampainya kami di kedai Filkop ini, langsung saja memesan menu dan mencari tempat duduk yang enak dan nyaman. Tempatnya yang cozy memang sangat cocok untuk bahan instastory. Tapi, karena ini adalah pertemuan pertama, jujur buat aku sendiri ini lumayan bikin nervous.
Obrolan kami diawali dengan bercerita tentang latar belakang masing-masing, sampai pada saatnya aku menemukan ada satu hal yang aku pelajari dari obrolan aku dengannya yaitu adalah tentang bagaimana cara menyikapi proses pendewasaan dan menemukan value disetiap orang yang kita temui. Dewasa memang tentang bagaiamana cara menemukan teman ngobrol yang asik, yang siap menerima keluh kesah kita, pun sebaliknya. Kami beradu pendapat tentang hal ini, yang menjadikan obrolan kami semakin menarik dan membuka wawasan.
Obrolan kami rupanya cukup seru, karena Mrs. T ini juga orangnya bukanlah tipe orang pendiam dan jaim, bahkan aku merasa kalah karena saat kehabisan topik pembicaraan dialah yang memulai dengan topik baru sehingga percakapan kami terus berlanjut. Sungguh kesan pertama yang sangat baik. Sampai tidak terasa minuman yang kami pesanpun ternyata sudah habis.
Aku merasa nyaman dengan obrolanku kali ini, namun sayang waktu yang kami miliki rupanya terbatas. Aku sendiri harus bergegas pulang ke Karawang karena ada urusan yang harus aku selesaikan sedangkan dia juga harus mengantar temannya untuk mengurusi perkuliahannya. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang dan aku mengantarkan dia bertemu dengan temannya. Rupanya pertemuan yang singkat ini cukup membuatku terkesan...