Mohon tunggu...
Saefudin Sani
Saefudin Sani Mohon Tunggu... Buruh - Swasta

Orang Biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Yon Bayu dan Pilkada Jabar 2018

11 Januari 2018   01:45 Diperbarui: 11 Januari 2018   18:07 2090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gbr atas: Kumparan.com/Faisal Nu'man. Gbr bawah: Kompasiana.com/Yon Bayu

Koalisi Partai Gerindra dengan PKS sepakat mengusung Deddy Mizwar --  Ahmad Syaikhu. Pertemuan Cikeas antara Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dengan Ketua Partai Gerindra Prabowo Subianto ternyata tidak mempengaruhi peta politik di Pulau Jawa menjelang gelaran pilkada. Lalu ke mana suara Partai Demokrat Jabar berlabuh?

SBY memilih untuk menekuri jalan politiknya sendiri. SBY merancang strategi untuk menghapus "dosa" karena telah mengakhiri karir militer AHY. SBY akan menghindari friksi terbuka dengan semua partai dan kekuatan politik yang ada, termasuk kubu Presiden Joko Widodo, agar AHY tidak menjadi target serangan. Untuk mencapai tujuannya, SBY akan membiarkan kader-kader di daerah, termasuk Jabar untuk menentukan sendiri calon yang akan diusung dalam kontestasi pilkada. SBY baru akan turun tangan manakala paslon yang diusung atau koalisi yang dibangun, merugikan kepentingan Demokrat secara nasional (baca: AHY). Jadi bukan hal yang aneh jika pada Pilkada Serentak 2018 Demokrat akan menjalin koalisi dengan partai-partai pendukung pemerintah.

Demokrat masih mungkin mendukung Deddy Mulyadi yang akan diusung Partai Golkar, PDIP, Hanura dan PKB. Berbekal 12 kursi, Demokrat memiliki peluang memberikan "warna" pada sosok Deddy Mulyadi.

Belakangan ketika Deddy Mulyadi ditinggal PDIP, Hanura serta PKB  dan Deddy Mizwar dicampakkan Gerindra, PKS, & PAN; Koalisi Demokrat -- Golkar akhirnya menyatukan kedua seteru ini saling mengikat janji untuk menjadi dua sejoli.

3. Harga Koalisi 5 Partai di Pilgub Jabar

Munculnya koalisi "biru hijau bergaris oranye" menjadi penanda kian mengerucutnya peta politik Jawa Barat pada tiga kutub: Istana, Cikeas dan Hambalang. Bangunan koalisi 5 partai yakni Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Amanat Nasional dan Partai Hanura menarik dicermati karena kemunculannya tidak terduga. Dengan kekuatan 35 kursi dari 20 kursi yang dibutuhkan, Koalisi Biru Hijau akan menjadi kendaraan politik yang sangat seksi. Kekuatan koalisi ini semakin menarik karena tidak dibentuk oleh bakal calon kepala daerah tetapi atas dasar kepentingan bersama.

Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya koalisi lintas "kutub" ini. Pertama, manuver Partai Nasdem yang dinilai kurang elok ketika "memaksa" Wali Kota Ridwan Kamil menyepakati dukungan dengan "mahar" dukungan pada Presiden Joko Widodo. Kedua, polarisasi kubu Istana dan Hambalang yang terlalu tajam. Partai-partai pendukung pemerintah, terutama PKB dan PPP, agak "risih" jika ikut mendukung Deddy Mizwar yang diusung Koalisi Gerindra-PKS. Ketiga, semakin mendekati tahun 2019 di mana akan digelar pesta demokrasi nasional Pemilu sekaligus Pilpres, partai-partai politik menjadikan Pilkada Serentak 2018 sebagai tolok ukur- sekaligus penjajagan koalisi Pilpres.

Kembali ke Pilkada Jabar 2018, benarkah Koalisi ini untuk kendaraan politik Ridwan Kamil menuju Jabar 1? Terlalu dini menyimpulkan hal demikian. Persoalannya, berapa harga ( an sich) kendaraan racikan Demokrat-PAN ini? Sanggupkah Ridwan Kamil menggelontorkan dana yang diminta untuk menggerakkan mesin beroda lima partai tersebut?

Di ujung, koalisi "biru hijau bergaris oranye" ini akhirnya bubar. Demokrat bersama Golkar kemudian mengusung Demiz -- Demul, PAN ikut Gerindra dan PKS usung Sudrajat -- Syaikhu. Sedangkan PKB, PPP, dan Hanura bergabung bersama Nasdem mengusung RK -- UU.

4. Menunggu Dedi Mulyadi Berjaket PDIP

Setya Novanto baru saja melancarkan serangan politik mematikan terhadap Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi. Surat Keputusan DPP Partai Golkar tentang penunjukkan Ridwan Kamil dan Daniel Mutaqien sebagai pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar, yang sebelumnya dianggap bodong karena tidak bernomor, kini sudah asli dan sah. Keputusan Setya Novanto sudah bisa diprediksi jauh hari sebelumnya, tepatnya saat Dedi Mulyadi memberikan reaksi "berlebihan" atas bocornya SK penunjukkan Ridwan Kamil. Di saat Novanto tengah bertahan dari serangan KPK yang telah menetapkan dirinya sebagai tersangka dugaan korupsi proyek e-KTP, bahkan sampai harus "nginap" di rumah sakit, Dedi dicurigai justru memobilisir kader Golkar Jabar untuk menggoyang dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun