Mohon tunggu...
Saefudin Amsa
Saefudin Amsa Mohon Tunggu... lainnya -

Melihat, membaca, berpikir dan menulis apa saja...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi dari Demonstrasi Gerakan Pemuda Islam di Goethe Institute…

19 Januari 2011   03:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:25 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1295407559664141349

Luar biasa. Entah siapa yang diteladani oleh kelompok-kelompok yang membawa bendera Islam tersebut sehingga bisa mengatakan “atau kami akan bertindak kasar”. Sulit dimengerti jika hal tersebut dikatakan oleh orang yang mengaku Islam demi mengajak pada jalan kebaikan. Mereka lupa, bahwa Muhammad, nabi yang agung dan mulia itu menyampaikan risalahnya dengan cara lembut, santun bahkan terhadap musuh-musuhnya sekalipun.

Jika alasan dakwah digunakan untuk melegitimasi aksi kekerasan, sudah seharusnya mereka merenungi firman Allah dalam Al Quran surat An Nahl 125: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” Mudah dimengerti bahwa ketika seorang muslim berselisih pendapat atau tidak sepaham terhadap suatu hal dengan pihak lain, hendaknya ketidaksetujuan tersebut di sampaikan dengan cara-cara dialog, argumentatif, berlandaskan akal dan hati nurani, bukan dengan okol, arogansi, apalagi dengan cara-cara kekerasan. Dalam Al Quran surat Al Maidah ayat 8, Islam juga memberi pesan yang luar biasa mulianya, yaitu agar manusia senantiasa berbuat adil dan tidak berlaku aniaya, termasuk kepada orang atau kelompok yang tidak kita sukai.

Fobia terhadap ajaran komunisme yang dipersoalkan GPI, PII atau mungkin kelompok Islam lainnya, juga seharusnya tidak perlu terjadi. Muhammad sendiri pernah bersabda "Ambillah hikmah dan jangan merisaukan kamu darimana hikmah itu keluar." Hikmah, ilmu, kearifan, atau kebajikan bisa didapat dari siapa saja dan dari banyak peristiwa, tanpa mempedulikan latar belakang agama, jenis kelamin, status, ilmu, partai atau ideologi. Memprotes acara Indonesia and The World 1965 jelas bertentangan dengan semangat yang disampaikan Nabi untuk senantiasa mempelajari kearifan dan hikmah dari berbagai peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu -termasuk dari tragedi 1965-, yang tentunya menjadi tujuan dari acara tersebut. Dengarkan pesannya, jangan lihat siapa yang memberi pesan, begitu ucapan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, sahabat nabi yang karena kedalaman ilmu yang dia miliki mendapat julukan Babul Ilmi atau Pintunya segala ilmu.

Demonstrasi GPI dan PII di Goethe Institute dan berbagai kasus kekerasan yang dilakukan oleh kelompok berbendera Islam di berbagai tempat di Indonesia mengingatkan saya pada ucapan Romo Baskara T Wardaya SJ, dosen saya di program Magister Ilmu Religi dan Budaya universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang kebetulan mengajar mata kuliah Marxisme/Komunisme di program tersebut. Dalam sebuah obrolan ringan, beliau mengutip sebuah pepatah anonim: “Jika kau beruang seberat 300 pound, kau bebas untuk duduk di mana saja.”

Semoga dengan jumlah dan potensinya yang luar biasa besar, umat Islam di negeri ini – di mana saya juga menjadi bagian di dalamnya- jauh dari kecenderungan untuk berperilaku layaknya seekor beruang yang arogan dan bebas berbuat semaunya …

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun