Dari media itulah, kita mulai menelusuri wawasan kita. mungkin terjadi blunder, kacau, atau mati wawasan. Bahayakan?
Orang menyebutkan hal ini sebagai cita-cita, harus digapai, diraih atau didapati. Wajarkan kalau sebagai manusia normal dengan kadar berfikir baik tentang daya kreativitasnya yang bermanfaat untuk dirinya dan mungkin untuk orang lain.
Untuk dapat melakukan hal ini kita butuh sebuah keputusan yang pasti dan dan terencana, pun mengambik resikonya. Keputusan yang di maksd berkaitan dengan kaidah atau norma, nilai yang berlaku di tempat kita.
Sehingga keputusan kita menelusuri wawasan tidak bersifat semu atau menang sendiri, sebab kita adalah makhluk sosial.
Pada keputusan itulah kita dapat dengan jelas menemukan gambaran-gambaran wawasan kita baik yang hilang, yang ada atau masih dalam tahap proses.Â
Demikian cara pandang kita akan terkoneksi, koreksi dan terkonstruksi dengan baik dan benar menurut standar manusia sehat dengan sifat keras, lunak maupun lemah.
Secara opsional, sebelum menutup tulisan ini, kita perlu melakukan beberapa tahap dalam menelusuri wawasan. Antaranya:
Satu, merespon secara emosional seluruh nilai dari aktvitas kita. Sekali lagi aktvitas kita bukan orang lain (Instrospeksi) diri.
Kedua;-menguasai sikap dan katakan semua akan bermakna positif.Â
Ketiga;-memotivasi dorongan, ingin membaca nilai aktvitas kita untuk mendapat seberapa besar reaksi menelusuri wawasan dengan mudah, tepat dan wajar.
Pada prinsipnya, menelusuri wawasan adalah kebutuhan setiap manusia yang berakal agar tetap steril dalam pola tingkah, pola laku dan pola tindak kita.