Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merindu Bukan Lagi Harapan tapi Keinginan

20 November 2017   16:09 Diperbarui: 20 November 2017   16:18 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : https://gkart47.wordpress.com

November - pada penanggalan 20, siapa mereka para perindu. Mengabaikan dinginnya air bening. Di pagi ini, diri merasa paling depan atau yang utama. Padahal sebuah keutamaan belum saja terpenuhi. Kembali diri merindu, pada siapa saja kerinduan akan berpacu menuju tempat terindahnya. 

1 juta manusia di bumi pagi ini, merindu, lambungkan doa ke langit. Aku, bukan orang ke seratus atau seribu, yang terakhirpun belum tentu. 

Doa-dia melambung, melayang. Aku hanya takut, pagi doa-doa kita, doa kalian dan doa aku berbentur lalu jatuh tergeletak di tanah lapang. 

Sekuat apa kita sebagai manusia, menghitung jejak malam itu rasanya tidak mungkin. Hanya sebatas merindu, orang lain pun sama. Bahkan rindu orang lain sudah di bicarakan, sudah diisyaratkan sejah malam tadi. 

Ini bukan perkara hati atau jiwa, hanya saja tangis sebagian kita memecahkan sunyi pagi ini. Mematahkan sendi kekuatan, bertentangan dengan spirit manusia berada. 

Merindu, bukan lagi harapan. Kita kenal merindu adalah keinginan. Tapi kalau keinginan bukan seperti rindu. Maka merindunya kita adalah kosong. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun