Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapa yang Menghilang? (Tanya Publik) pada Sertijab Gubernur DKI Jakarta

17 Oktober 2017   08:21 Diperbarui: 17 Oktober 2017   21:06 1400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai orang awam, menilai ini hanyalah kejadian yang tidak ada kaitannya secara politis dengan jabatan politik. Sehingga mengganggu kelancaran Sertijab Gubernur bukan masalah? Siapa yang disalahkan? Siapa yang manyalahi? 

Wisata bersama keluarga itu hal terpenting, padahal baru saja sbelum sampai sehari jabatan politik ditinggalkan, itu pun bukan mengundurkan diri atau berurusan dengan kasus hukum, malainkan karena ikut dalam pelantikan Gubernur di Istana merdeka sehingga terjadi Plh Gubernur untuk mengisi kekosongan jabatan. 

Kalau tidak demikian, resiko kekuasaan yang dalam waktu kosong bisa berdampak juga berpotensi perebutan kekuasaan atau sebagainya. Sehingga Djarot lebih memilih wisata setelah paska pelantikan Gubernur baru (Anies Baswedan) dari pada berjabat tangan dengannya. 

Orang-orang politik bisa menilai ini lebih dalam lagi dengan macam asumsi, ataukah menduga apa sebenarnya yang menjadikan problem ini begitu miris. 

Hal ini rasional adanya. Bukan lagi asumsi, kalaupun jabatan secara politik sudah diserahkan kepada Plh, bukan bererti tidak menghadiri sertijab adalah pilihan individu. Sejatinya, jabatan politik bisa memberikan dampak pada suhu birokrasi tentang pergolakan musuh dan lawan politik masih dapat didikte dengan jelas. 

Disinilah letak penilaian publik kepada orang yang pernah menjabat ssbagai pemimpin publik ternyata tidak rasional, atau bisa juga tidak menghargai antar sesama sebagai pemain politik yang rasional dan paham terhadap dinamika. Atau, jangan sampai doktrin politik tidak ada kawan sejati dan yang ada hanyalah lawan sejati memang mengamini kejadian orang hilang tersebut. Itu hanya tanya publik. 

Memilih untuk tidak menghadiri sertijab Gubernur, sama halnya seperti lari dari kenyataan, ini juga asunsi. Ternyata ciutan nitizen pada medsos itu benar adanya. 

Pertama lari dari kenyataan. Hal ini masih memiliki sangkut paut dengan dendam politik. Tidak ada lagi ruang untuk berjabat tangan atau sekedar basah basi dan mencicipi teh panas saat Serijab berlangsung. 

Kedua, tentang ramalan dan harapan. Karena masih ada dendam secara politik. Kawan main, sudah tidak sebagus yang ada dalam prinsip lawan politik walaupun hanya sekedar tatap muka atau memberikan kesan baik. Sekedar mengambil peran sebagai yang terkalah dalam ajang demokrasi. Pilihannya jatuh pada wisata keluarga, bukan menghindari?

Kalaupun publik  menyesalkan ada kejanggalan tersebut, lalu publik menjadi pihak ketiga yang patut disalahkan juga secara politis? Tetapi publik tidak memilih menghakimi, menilai dengan cara yang rasional pula, benar adanya paradigma publik berbeda satu dengan yang lain. 

Menilaipun sudah jelas berbeda secara politis, orang yang lari dari kenyataan politik akan melukai demokrasi dan orang demikin tipikalnya bukan dan bahkan tidak layak dijadikan sebagai pemipin publik. Sebab tanggungjawab akan kelar dikhianati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun