"Katanya masa muda itu masa paling indah. Tapi kenapa rasanya justru jadi masa paling melelahkan?"
Usia 20-an ternyata bukan soal pencapaian, tapi soal bertahan dari ekspektasi, tekanan sosial dan takut salah langkah.Â
1. Ekspektasi Tidak Sesuai Realita
Waktu remaja, aku mikir di umur 20-an aku udah tau arah hidup. Udah kerja yang sesuai passion, udah bisa nabung buat kendaraan, rumah, dan mungkin udah deket-deket nikah. Tapi nyatanya, aku masih sering bingung harus mulai dari mana. Kadang aku kerja hanya karena butuh bertahan. Kadang aku merasa tertinggal saat melihat teman-teman lain terlihat 'lebih mapan'. Dan kadang, aku hanya ingin tidur seharian karena otakku terasa penuh, padahal aku baru mau mulai dari nol.
2. Tekanan Sosial dan Keluarga yang Diam-diam Menguras Energi
Pertanyaan seperti "Kapan nikah?", "Sekarang kerja di mana?", atau "Kapan nyusul si itu?", tuh sering banget muncul.
Niatnya mungkin basa-basi, tapi buat aku yang masih nyari arah, pertanyaan itu bisa jadi beban. Kayak luka kecil yang terus-terusan dicolek. Padahal aku sedang berusaha. Tapi kenapa rasanya selalu kurang di mata orang lain?
3. Takut Salah Langkah dan Terus Merasa Tertinggal
Di era media sosial, lihat pencapaian orang lain bisa bikin kita merasa makin jauh tertinggal. Ada yang udah lulus kuliah, ada yang udah nikah, udah punya rumah, ada yang bisnis, ada yang jadi duta A, B, C, ada yang prestasinya segudang, uangnya banyak, kerjanya di big company, ada yang umrah, dan banyak lagi lainnya. Highlight itu seringkali membuat kita benar-benar merasa ada dibawah dan belum punya apa-apa. Kita fokus membandingkan diri, melabeli diri dengan segala kekurangan karena melihat pencapaian oranglain Padahal kita nggak tahu seberapa banyak luka dan perjuangan yang mereka tutupin di balik layar.
Aku pengen banget ambil keputusan yang benar, entah soal karier, pendidikan, atau hubungan. Tapi justru karena pengen semuanya sempurna, aku jadi takut melangkah.Â