Mohon tunggu...
Sadiah Permata Sari
Sadiah Permata Sari Mohon Tunggu... Menulis

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gaji Pertama Rasanya Campur Aduk tapi Mostly Seneng

10 Juni 2025   10:06 Diperbarui: 10 Juni 2025   10:06 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebagai seorang freshgraduate yang baru masuk ke dunia kerja gaji pertama tuh kayak gebetan yang udah ditunggu-tunggu sekian lama: bikin deg-degan, penasaran, dan campur aduk banget rasanya!
Pas akhirnya gaji itu masuk ke rekening, aku cuma bisa bengong sambil senyum-senyum sendiri. Serius, ini bukan sekadar angka tapi bukti kalau aku bisa. Bisa kerja, bisa bertahan, bisa banggain diri sendiri.

Hari itu, aku nggak cuma merasa senang karena bisa beli sesuatu atau traktir orang terdekat. Aku merasa hidupku mulai punya pijakan baru. Ada rasa syukur yang dalam waktu aku sadar :
"Akhirnya, aku nggak cuma bergantung lagi. Sekarang aku bisa berdiri dikaki sendiri, walau masih goyah sedikit-sedikit." 

Dulu, rasanya hidup kayak nunggu dikasih dari orangtua dari kakak maupun saudara. Sekarang, rasanya hidup kayak bisa memberi. Bukan cuma uangnya, tapi juga waktu, tenaga, dan tanggung jawab.

Tapi di balik euforia itu, ada juga rasa khawatir yang sempat mampir:

  • "Bisa nggak ya terus konsisten kerja kayak gini?"

  • "Bener nggak ya ini tempat terbaik buat aku tumbuh?"

  • ''Terlalu over gak ya merasa bangga sama diri sendiri waktu dapet  gaji pertama?''

  • ''Bisa bertahan berapa lama ya kerja 8 jam gini tiap hari?''

Tapi ternyata, itulah hidup. Selalu ada yang bikin deg-degan, dan gaji pertama ini cuma langkah awal dari perjalanan panjang buat lebih paham tentang dunia orang dewasa. Aku jadi mikir, gaji pertama ini simbol kecil tapi penting buat merenung beberapa hal:

  • Pertama, bahwa setiap hal besar dimulai dari yang sederhana, dimulai dari proses yang memang benar benar dari nol bahkan dari proses yang awalnya hanya coba-coba. ''nyobaa aja dulu deh siapa tau keterima'', ''coba aja dulu siapa tau cocok kerja disini''
  • Kedua, nilai diri bukan diukur dari nominal gaji, tapi dari proses menuju ke titik itu. Proses seleksi yang ketat, banyak, tesnya bikin mual saking pusingnya, dan lain lain.
  • Ketiga, ada rasa tanggungjawab baru, tanggung jawab untuk diri sendiri, tanggungjawab kerjaan, dan tanggungjawab untuk terus maksimal dalam bekerja.
  • Dan terakhir bahwa kita berhak bangga meski baru mulai. Betul, gak salah kok kita merasa bangga mendapatkan gaji pertama, gaji pertama itu hasil yang didapat setelah misah-misuh menghadapi berbagai tes seleksi masuk kerja, hasil dari banyak kesalahan input data di hari pertama ngantor, hasil dari canggung nyapa rekan kerja, hasil dari belum bisa nyalain mesin photocopy yang gede itu, dan juga hasil dari banyak hal seorang pemula. 

Hingga akhirnya aku sadar Gaji pertama ngajarin aku satu hal penting:
Hidup ini bukan soal cepat-cepat jadi sukses, tapi soal belajar menghargai setiap langkah kecil yang kita tapaki.

Aku sadar, jalan masih panjang. Tapi hari itu aku tahu, aku udah jalan. Aku udah mulai. Dan itu nggak semua orang bisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun