Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Salam Perpisahan dari Pikiran Rakyat Minggu

15 Maret 2020   18:37 Diperbarui: 20 Maret 2020   10:04 1854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pikiran Rakyat Minggu edisi terakhir| Dokumentasi Wahyuni

Tentu saja, yang mustahil dilewatkan, jajan aneka makanan kampung yang murah-meriah di situ. Beli secukupnya sesuai kadar kegembulan saat itu lalu pulang menjerang air untuk menyeduh secangkir teh atau kopi. 

Lantas menikmati hasil perburuan sambil mengobrol santai dengan penghuni basecamp yang ada dan membolak-balik lembaran koran hari Minggu.

Beberapa tahun terakhir ini saya memang berlangganan khusus terbitan hari Minggu Kompas dan Pikiran Rakyat. Konten maupun gaya penyajian edisi Minggu memang punya kekhasan tersendiri, bisa dibilang lebih rileks dibaca dan menghibur.

PRM adalah bagian dari aktivitas klangenan saya dan fakta bahwa dia akan berhenti terbit, mau tidak mau membuat saya merasa kehilangan.

Apalagi ada kenangan manis saat tulisan-tulisan saya nyaris setiap Minggu terbit di sana, nun saat saya masih jadi mahasiswa S1 dan Kompasiana belum lagi menjadi embrio. Tapi nampaknya bukan hanya saya yang bakal kehilangan...

PRM punya lembaran khusus anak-anak yang memang menampung berbagai karya anak mulai dari mewarnai gambar, cerita pendek, liputan kegiatan sehari-hari, lomba materi pelajaran, dan lainnya. 

Ke mana mereka harus mengirim naskahnya, ya? PRM punya kriteria lebih ringan soal karya-karya anak yang bisa dimuat dan serunya mereka pun memberi honor uang jajan untuk setiap karya yang lolos seleksi redaksi.

Tapi sepertinya masih ada harapan untuk yang satu ini karena di alinea kedua nota yang sangat menyentuh hati saya itu juga diberitahukan bahwa beberapa rubrik khas PRM akan dialihkan ke Pikiran Rakyat edisi Kamis, Jumat, dan Sabtu.

Cuma sejujurnya saya berharap bahwa PRM masih akan menjadi bagian dari Minggu-Minggu saya berikutnya. Saya masih ingin bercengkerama dengan rubrik kuliner Bandung, cerpen, puisi, dan rubrik Lawung yang berisikan karya sastra berupa cerpen dan puisi dalam bahasa Sunda.

Tapi kalau Jeff Bezos yang CEO Amazon nan tajir melintir saja harus angkat tangan dan menyetop penerbitan koran lokal gratis Express versi cetak untuk dialihkan ke format digital, apa daya saya untuk mempertahankan lembar-lembar PRM agar tetap hadir dalam genggaman?

Apalagi seperti banyak media cetak lain, PRM pun tidak bisa lolos dari imbas beralihnya para pengiklan ke media digital secara besar-besaran sejak tahun 2011 akibat tingginya penetrasi internet dimana pada tahun 2016 saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun