Banyak pengusaha percaya bahwa jika mereka hanya bekerja cukup keras, pasti sukses. Mantra 'kegagalan bukan pilihan' yang jadi jargon andalan di dunia wirausaha membuat kemunduran bisnis sekecil apapun bisa melahirkan tekanan psikologis yang besar.
Padahal urusan gagal dalam berbisnis, sekeras apapun kita bekerja, adalah resiko yang tak bisa diabaikan begitu saja. Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan hanya sekitar sepertiga dari usaha kecil bertahan satu dekade. Statistik startup bahkan lebih suram, beberapa laporan memperkirakan bahwa 90% dari perintisnya mengalami kegagalan.
Pengusaha mengalami stres plus berbagai tekanan psikologis lain yang lebih berat. Hal itu bisa saja terjadi saat mengetahui bahwa bisa-tidaknya membayar hipotek bulan ini sangat tergantung pada sukses-gagalnya sebuah kesepakatan bisnis. Atau saat muncul perasaan bersalah pada keluarga karena harus memangkas waktu kebersamaan demi pekerjaan. Semua itu berpotensi menghadirkan kecemasan yang luar biasa.
Pengusaha sering harus berjuang untuk menjalankan aktifitas tertentu, yang bagi kebanyakan orang adalah kegiatan harian biasa saja, karena mereka terus-menerus diliputi kecemasan akan bisnis mereka.
Keinginan kuat mencapai target membuat mereka tidak bisa berhenti menduga-duga dan membayangkan skenario terburuk. Kegelisahan yang tiada henti ini pada akhirnya akan menyebabkan kelelahan psikis.
Kecanduan Psikis
Pengusaha secara alami memiliki hasrat yang besar, mungkin sedikit obsesif, akan segala sesuatu. Dorongan kompulsif mereka untuk terus melangkah maju, bahkan ketika dihadapkan dengan masalah hubungan atau kesehatan, sebenarnya bisa menyebabkan kecanduan psikis. Artinya, walaupun sudah jelas-jelas usaha yang dilakukan tidak menguntungkan sama sekali, mereka akan tetap ngotot melakukannya karena hal itu membuat mereka meraih kenyamanan semu.
Sebuah studi tahun 2014 yang diterbitkan dalam Journal of Business Venturing, menemukan bahwa wirausahawan bisa terpapar kecanduan perilaku berupa pikiran obsesif, terjebak siklus menarik diri-melibatkan diri, dan luapan emosi negatif. Mirip gejala kecanduan main game atau judi internet. Banyak pengusaha yang tidak bisa lepas dari konsekuensi negatif agar bisa terus melangkah dalam bisnis mereka.
Satu hal yang harus dicamkan bahwa mengalami kesulitan emosional bukanlah pertanda kelemahan. Menurut Amy, itu hanya fakta bahwa gaya hidup wirausaha membuat para pelakunya sering lupa membangun ketahanan memadai untuk kesehatan mental mereka.
Dia merekomendasikan mengambil pendekatan proaktif untuk mencegah masalah emosional selagi bisa dan mencari bantuan profesional saat terlanjur mendapatkannya sebelum kondisi kian memburuk.
.