Glamor, begitulah orang luar memandang kehidupan para pengusaha. Mereka leluasa menentukan agenda kerja, membuat aturan sendiri, dan membangun perusahaan sesuai kebutuhannya. Tak sembarang orang bisa melakukannya.
Para wirausahawan sukses umumnya menjadi idola karena mereka tampak lebih bahagia, lebih sukses, dan lebih keras bekerja. Ada banyak buku, kursus, dan perusahaan yang dibuat untuk menjual impian kepemilikan bisnis.
Namun ada sisi gelap tersembunyi dalam dinamika wirausaha yang jarang dibahas, papar psikoterapis Amy Morin sebagaimana ditulisnya untuk Psychology Today, bahwa banyak pengusaha merahasiakan harga psikologis yang harus mereka bayar untuk setiap pilihan yang diambil. Besarnya tekanan yang harus dihadapi dalam mengelola kepemilikan bisnis seringkali membuat pengusaha dihadapkan pada risiko yang lebih tinggi terhadap gangguan kesehatan mental.
Berikut adalah beberapa isu kesehatan mental yang biasanya mempengaruhi kesejahteraan psikologis para pelaku wirausaha :
Keterasingan yang dialami banyak pengusaha memberikan andil terhadap peningkatan risiko depresi. Selain itu, banyak pengusaha bekerja berjam-jam dan lalai mengurus diri sendiri. Mentalitas 'waktu adalah uang' membuat mereka mengalokasikan waktu yang minim untuk tidur, bersantai, berolahraga, dan rekreasi.
Depresi datang dalam banyak bentuk dan tidak harus selalu hadir sebagai kesedihan. Susah tidur, lekas marah, dan perubahan berat badan hanyalah beberapa gejala yang terkait dengan depresi. Pengusaha dapat menutupi gejala depresi dengan bekerja lebih lama, mungkin juga salah menafsirkan gejala depresi mereka sebagai stres. Hal tersebut bisa memperburuk keadaan.
Pada kasus-kasus ekstrem, wirausahawan juga mungkin mengalami peningkatan risiko bunuh diri. Robert Herjavec dari Shark Tank baru-baru ini mengungkapkan kepada People bahwa dia berencana bunuh diri musim panas lalu setelah pernikahannya kandas.
Keberanian Robert mengungkapkan hal itu membuktikan bahwa ketenaran, kekayaan, dan kesuksesan yang ekstrem tidak bisa melindungi siapa pun dari masalah kesehatan mental.
Masalah Harga Diri
Banyak wirausahawan mengaitkan nilai harga diri dengan kekayaan bersih mereka. Ketika bisnis berjalan baik, harga diri mereka meroket. Tetapi saat mengalami kerugian atau gagal mencapai target, mereka merasa kehilangan jatidiri karena bisnis bukan lagi 'pekerjaan' melainkan sepenuhnya diri mereka.