Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengapa CIA "Takut" Memata-matai Uni Emirat Arab

27 Agustus 2019   06:21 Diperbarui: 27 Agustus 2019   06:39 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Putra Mahkota Sheikh Mohammed bin Zayed dan Presiden Vladimir Putin menandatangani naskah kerjasama (doc.The National AE/ed.Wahyuni)

Uni Emirat Arab (UEA) telah memberikan dukungan dana bagi pemimpin militer yang berusaha menggulingkan rezim pemerintahan Libya yang diakui PBB. Negera federasi itu juga memimpin koalisi negara-negara yang memberlakukan blokade ekonomi atas Qatar, tanpa menghiraukan seruan AS untuk mengakhiri perselisihan melalui jalur diplomatik (Reuters, 26 Agustus 2019).

Bahkan investigasi Reuters tahun ini menemukan bahwa UEA mempekerjakan para mantan staf badan keamanan nasional (National Security Agency, NSA) sebagai peretas elit untuk memata-matai sebuah program yang memasukkan orang Amerika sebagai target pengawasan.

Luar biasanya lagi dan sangat di luar kebiasaan, sebagaimana penuturan tiga orang mantan pejabatnya yang paham betul soal ini, badan intelijen pusat (Central Intelligence Agency, CIA) juga tidak melakukan praktek spionase ke dalam pemerintahan UEA. 

Hal ini mendatangkan berbagai kritik karena dinilai telah menciptakan titik buta (blind spot) alias zona yang tak terpantau dinamikanya dalam pemetaan intelijen AS.

Pola kebijakan yang diambil CIA ini  bukan hal baru, yang berubah adalah dinamika politik seperti intervensi negara OPEC yang kecil namun berpengaruh di Timur Tengah dan Afrika. 

Menurut sumber dan pakar kebijakan luar negeri, negara-negara produsen minyak tersebut  menggelar perang, menjalankan operasi rahasia dan menggunakan kekuatan finansialnya untuk membentuk kembali politik regional dengan cara yang sering bertentangan dengan kepentingan AS.

Kegagalan CIA untuk beradaptasi dengan ambisi militer dan politik UEA yang terus berkembang merupakan "kelalaian tugas," Ujar mantan pejabat CIA keempat.

Namun komunitas intelijen AS tidak sepenuhnya mengabaikan UEA. NSA melakukan pengawasan via peralatan elektronik, sejenis pengumpulan data intelijen yang berisiko lebih rendah dengan imbalan rendah pula, di dalam UEA. 

CIA pun bekerjasama dengan intelijen UEA dalam relasi sebagai pihak penghubung untuk berbagi tugas intelijen dalam menghadapi musuh bersama, seperti Iran atau al-Qaeda.

Baik CIA, NSA, maupun Gedung Putih menolak berkomentar tentang praktek-praktek spionase AS di UEA, begitu pula menteri luar negeri dan kedutaan UEA di AS tidak merespon permintaan untuk memberi komentar tentang hal yang sama.

Praktek 'lepas tangan' CIA, yang tidak pernah diangkat oleh media sebelumnya, itu telah menempatkan UEA ke dalam daftar super pendek negara-negara yang diperlakukan CIA dengan pendekatan serupa. Empat negara lainnya , menurut mantan pejabat intelijen AS, yang masuk dalam daftar itu adalah anggota koalisi intelijen yang disebut  'The Five Eyes', yaitu Australia, Selandia Baru, Inggris, dan Kanada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun