Mohon tunggu...
Sabrina Ainnur Hidayat
Sabrina Ainnur Hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akun human

Heyo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pengamat Komplek

2 Desember 2022   14:07 Diperbarui: 2 Desember 2022   14:12 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari semakin gelap, ibu-ibu mulai memanggil anak-anaknya untuk segera pulang dengan membawa mitos bahwa jika anak-anak pulang terlalu malam, mereka akan diculik setan. Aku cukup sedih melihat mereka yang mulai pergi dari halaman rumah tuanku karena memang sudah hampir malam.

Jalanan kembali sepi, berbagai kendaraan lewat satu persatu memasukki rumahnya masing-masing karena sudah waktunya pulang dari tempat kerjanya mereka. Aku tetap bertengger di sudut luar rumah tuanku untuk tetap bangun melihat berbagai orang yang lewat.

Hari sudah gelap, mungkin sudah tengah malam. Aku kembali melihat bapak-bapak yang selalu hampir mendekati rumah tuanku. Aku semakin takut karena bapak-bapak itu tidak balik lagi melainkan mencoba menghampiri rumah tuanku. Perlahan ia mencoba membuka pagar rumah tuanku perlahan namun tidak membuahkan hasil. Ia mulai sedikit menggoyang-goyangkan pagar agar bisa terbuka namun ia menghentikan sejenak aksinya. Aku tidak bisa berteriak, ingin rasanya aku membangunkan tuanku segera.

Bapak-bapak itu kembali mundur dan ia menyadari keberadaanku sebagai kamera pengintai. Ia mulai mencoba melemparkan batu ke arahku namun meleset. Ia mencoba berkali-kali dan akhirnya mengenaiku namun tidak pada lensaku. Aku tetap bisa memerhatikan aksi dari bapak-bapak itu. Ia pun berusaha menghampiriku dengan cara memanjat melalui pagar rumah tuanku. Aku semakin takut dan tidak bisa melakukan apapun untuk melindungi diri.

Ketika bapak-bapak ini sudah tepat berada dihadapanku, terdengar suara pukulan yang disusuli suara pecahan kaca. Ternyata itu adalah suara botol kaca yang selalu dibawa oleh para remaja. Pukulan itu tepat mengenai punggung bapak-bapak yang hampir mengancamku.

Gerombolan remaja itu ada yang menarik bapak-bapak itu turun dan ada yang sudah siap untuk memukuli nya. Tiba-tiba disusul oleh teriakan "Maling! Maling!" yang berasal dari seorang warga yang mungkin terbangun saat mendengar suara pecahan botol dan ia pun lari menghampiri gerombolan remaja itu dan mereka mengeroyok bapak-bapak yang dari tadi mencoba untuk menghabisiku. Aku tidak tahu persis kemana dibawanya bapak-bapak itu oleh mereka, aku hanya melihat setelah dikeroyok langsung dibawa pergi bersama.

Paginya, salah satu warga datang ke rumah tuanku untuk memberitahu kejadian semalam pada tuanku. Dari situlah ia mulai mendatangi ruangan monitor untuk melihat kejadian semalam. Tuanku bisa melihat lebih jelas siapa pelakunya karena ia sempat memperlihatkan wajahnya didepanku dengan sangat jelas. Aku harap tuanku bisa lebih berhati-hati lagi setelah kejadian semalam, dan bisa lebih memperhatikan hasil pantauanku sering-sering.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun