Mohon tunggu...
Sabilla Fauzi
Sabilla Fauzi Mohon Tunggu... Freelancer - 21 years old student.

-

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kisah Angga Fauzan: Anak dari Boyolali dengan Sejumlah Prestasi

24 Januari 2020   16:10 Diperbarui: 24 Januari 2020   16:30 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nah kalian sekarang udah liat yang namanya Angga Fauzan hehe, nih aku kasih tau informasi yang udah aku rangkum. Sebelumnya aku penasaran banget sama kisah-kisahnya sampe akhirnya aku merasa terinspirasi (cielah) sama kisah inspiratifnya. Aku langsung merasa harus bersyukr ketika aku bisa sekolah sampe detik ini, dan diberi kemudahan untuk tinggal belajar dengan fokus. Jangan mikir aku bersenang-senang di atas penderitaan orang, hanya karena aku bilang aku bersyukur ketika aku ngerasain kemudahan lebih ya, tapi pokoknya ambil positifnya aja lah apa-apa tuh.

Nah sekarang kenalan dulu sama Angga Fauzan, dia lahir tahun 1994, sebagai satu dari jutaan anak bangsa yang pekerja keras dan berprestasi. Dia berhasil beresin kuliah S1 dan S2 nya dengan beasiswa. Padahal, sebelum lulus dari S2nya di Edinburgh, dia ngerasain yang namanya pahit-pahit kehidupan.

Awalnya dia hidup di Jakarta, Ayahnya jualan ayam goreng, dan dia merasa bahwa kehidupannya di sana itu lebih layak. Dia bisa dapet kontrakan yang lebih bersih dan nyaman. Tapi suatu hari tempat jualan punya Ayahnya digusur, akhirnya pindah ke Boyolali. Di sana mereka harus mulai hidup baru lagi dari awal. Waktu itu ada salah satu keluarganya yang punya kandang kambing, karena kambingnya dijual, Angga dan keluarga akhirnya renovasi dan bersihin kandang itu untuk diganti jadi tempat tinggal. Alhasil, dari kelas 4 SD sampe lulus S1 dari ITB, dia tinggal di sana. Sekarang Angga udah kerja dan rumahnya masih dalam proses renovasi.

Kesulitan-kesulitan itu dari dulu emang udah dihadapi dengan sabar dan gigih sama Angga. Dulu, keadaan ekonomi sangat sulit setelah digusur dari Jakarta, dan yang bikin orang tuanya tetep berjuang untuk dukung Angga adalah, karena ngga ini sangat semangat bersekolah.

Di salah satu episode Hitam Putih Trans 7, Ayah Angga menyatakan bahwa untuk membayar uang pangkal pun dulu susah, tapi karena Angga sangat ingin bersekolah, Ayahnya terus berjuang mengumpulkan uang hingga akhirnya uang sejumlah Rp. 600.000 pun terkumpul dan Angga bisa masuk ke tingkat Sekolah Menengah Pertama. Setelah selesai SMP, Angga hampir berhenti sekolah namun ia dan orang tua pada akhirnya sama-sama memperjuangkan untuk mencari biaya, hingga akhirnya, orang tua Angga berhasil mendapatkan pinjaman uang untuk membawa Angga masuk ke Sekolah Menengah Atas.

Sejak SMP, Angga emang udah sering baca-baca buku di perpustakaan (dan sekarang dia akhirnya nulis bukunya sendiri yang berjudul -8: Kutemukan Dirimu dalam Ruang Mimpiku), buku-buku yang akhirnya menyadarkan dia kalo dunia ini luas, gak sekedar di Boyolali. Akhirnya setelah jadi pustakawan dan disebut sebagai orang yang juga paling sering menggunakan fasilitas perpustakaan, Angga mulai fokus dan niat untuk sekolah ke luar negeri. Pas SMA akhirnya sering ke warnet deh, ngeprint-ngprint info soal pendaftaran beasiswa buat S2, tahapannya, requirement dan sebagainya. Belajar nulis essay, latihan wawancara. Dia membiarkan essaynya dibaca oleh orang banyak dan bahkan mempersiapkan seratus lebih pertanyaan untuk berlatih wawancara dengan banyak orang yang berbeda-beda.

Angga mulai menekuni seni itu pas udah di SMA, soalnya lama-lama matematika itu terasa rumit akhirnya dia fokus sama apa yang dia suka. Dari situ kayanya dia mulai yakin mau ambil DKV ITB, dan gambaran dia emang bagus bangeeet. Pas S2 juga ambilnya jurusan Desain dan Digital Marketing.

Semenjak SMA, Angga mulai fokus di seni, gambar-gambar, sampe milih DKV di ITB dan bahkan ambil jurusan Desain & Digital Marketing pas S2. Katanya, itung-itungan mah susah (ini aku setuju sih). Tapi keren sih kalo fokus ke sesuatu yang disuka dan akhirnya bisa berprestasi di bidang itu. Keren kaan?

Daaaaaaaaan meskipun banyak lika liku yang sulit karena ekonomi. Hal yang bikin dia tetep yakin untuk kejar mimpinya adalah bahwa: 1) Pendidikan itu untuk semua orang, 2) dan Tuhan itu selalu ngasih jalan, bahkan disebut kalo perempuan dan laki-laki itu harus belajar sampe mereka meninggal.

Selama kuliah, dia juga nambah penghasilan dari ngerjain proyek seni, buka les privat, dan bahkan jadi asdos. Mimpinya sekarang, adalah memajukan Boyolali, dengan komunitas yang ia buat. Ingin berkontribusi dalam pendidikan (contohnya TPA, yang telah ia buat, untuk belajar agama secara gratis), mentoring untuk konsultasi agar anak-anak muda Boyolali yang ingin berkuliah bisa mewujudkan impiannya, mengumpulkan dana untuk kurban, membantu orang yang ingin berusaha dengan memberi support membeli gerobak dan kebutuhan lain.
Malah kayanya 5-10 Tahun ke depan dia pengen jadi lurah :D

Pokoknya guys, apa yang bisa aku petik dari kisah Angga Fauzan adalah, Tuhan pasti memberi jalan untuk orang-orang yang gigih. Karena pasti Tuhan menciptakan setiap orang dengan potensi masing-masing, tinggal gimana kita menggalinya aja.

Akhir kata, semangat mengejar mimpi ya gaaaes!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun