Mohon tunggu...
Sabila Hayuningtyas
Sabila Hayuningtyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030109

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030109

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Review Film Jepang "Mother" (2020), Kisah Nyata Orangtua Toxic dan Manipulatif

7 Maret 2021   22:24 Diperbarui: 7 Maret 2021   23:09 12613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ya, Akiko memang tidak tahu diri. Dia membenci keluarganya tapi ketika butuh selalu mencari keluarganya melalui perantara Shuhei. Hatinya tak pernah tergerak untuk mencari kerja demi mencukupi kehidupan anaknya.

Shuhei kecil selalu menjadi alter ego dari segala keinginan ibunya. Apapun yang ibunya inginkan ia harus lakukan. Ia tak pernah punya pilihan untuk hidupnya sendiri. Bahkan dia dilarang untuk pergi ke sekolah. Meski begitu, Shuhei terlihat tidak keberatan, tak pernah sekalipun Shuhei protes, marah, atau sedikitpun mengeluh atas perbuatan ibunya.

Hal ini membuat saya teringat pada anak-anak jalanan yang dipaksa orang tuanya mengemis di lampu merah dan putus sekolah.

Shuhei tak pernah menyadari hal itu, baginya ibunya adalah satu-satunya yang terbaik dan tak mungkin menyakitinya. Ya, Akiko berhasil mencuci otak Shuhei seolah-olah tak ada satupun orang di dunia yang sayang dan peduli dengan Shuhei.

Konflik semakin bertambah sejak kehadiran sosok Ryo, kekasih Akiko yang kemudian menambah beban kehidupan Akiko dan Shuhei. Bukan mengurusi kehidupan anaknya Akiko malah sibuk bersenang-senang dengan pria yang tak jelas asal muasalnya. 

Dia pergi berminggu-minggu bersama Ryo dan meninggalkan Shuhei di rumah sendirian, dengan mudahnya ia melepas tanggung jawabnya sebagai ibu. Tak peduli bagaimana nasib Shuhei apakah kelaparan atau tidak.

Dari hubungan terlarang antara Akiko dan Ryo, Akiko hamil. Ryo marah dan meninggalkan Akiko, ia tidak ingin mengakui bahwa Fuyuka adalah anaknya. Meski begitu, Akiko masih mempertahankan janinnya tak peduli bagaimana kehidupannya kelak baginya ia layak menjadi ibu dan tak ada yang bisa merebut hak asuhnya.

Kehidupan Akiko semakin sulit, ia harus menanggung dua anaknya. Beruntung suatu hari ia diberi pertolongan oleh petugas dinas sosial. Dia diberi uang saku, diberi tempat tinggal, dan Shuhei diberi fasilitas sekolah gratis. Rupanya Akiko masih tidak tahu diri, bukannya mencari pekerjaan yang jelas ia malah sibuk melakukan hobinya yaitu bersenang-senang dengan pria. 

Sementara Shuhei sesekali harus menjaga adiknya Fuyuka hingga harus membolos sekolah. Ya, Akiko memang tak pernah mendukung Shuhei untuk pergi ke sekolah, apapun itu alasannya. Begitupun Fuyuka, dari kecil dia tak pernah mendapat perhatian dari ibunya, tak ada adegan yang menampilkan interaksi antara Fuyuka dengan ibunya.

Tanpa kenal malu, Ryo kembali lagi dengan hutang-hutang yang dibawa, ia menumpang tinggal bersama untuk bersembunyi dari penagih hutang. Akiko yang membenci sekaligus mencintai Ryo masih menerima kehadirannya dan berharap itu akan selamanya. 

Sampai suatu hari Ryo memaksa Akiko beserta anak-anaknya kabur bersama Ryo. Shuhei sempat menolak tapi percuma, tak ada yang bisa ia lakukan selain menuruti ibunya terlebih kehadiran Fuyuka telah menjadi kelemahannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun