Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Berat Nian bagi Ahok-Djarot untuk Mendongkrak Suara dari 43 Menjadi 51%

27 Februari 2017   09:00 Diperbarui: 27 Februari 2017   20:00 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti dilansir KPUD paska real-count, 17 Februari 2017, DPT putaran pertama Pilgub DKI 2017 sebesar 7.218.272 pemilih, tingkat partisipasi sekitar 77,07 persen (5.563.418 suara). Sementara suara sah berjumlah 5.487.882. Dan ada suara tidak sah sebesar 75.536 suara (jumlah partisipasi dikurangi suara perolehan tiga Paslon).

Jika partisipasi di putaran kedua diasumsikan tidak berbeda jauh dengan partisipasi di putaran pertama, maka hitunganya kira-kira begini (lihat tabel):

Dengan perolehan suara sebesar 2.357.637 suara (42,96 persen terhadap suara sah), maka untuk menang pada putaran kedua, Ahok-Djarot harus merebut lagi sekitar 7,4 persen suara tambahan atau sekitar 406.103 suara, agar mencapai angka 51%. Tentu merebut suara 406.103 suara bukan pekerjaan enteng bagi kubu Ahok-Djarot.

Sementara kubu Anies-Sandi membutuhkan tambahan sekitar 620.131 suara, untuk mencapai angka 51%. Tidak ringan juga.

Di atas kertas, untuk merebut 406.103 suara bagi Ahok-Djarot tentu lebih mudah karena jumlahnya lebih kecil dibanding suara yang diperlukan oleh kubu Anies-Sandi (620.131 suara).

Persoalannya, suara yang diperebutkan itu adalah pemilih mantan pendukung Agus-Sylvi di putaran kedua. Karena itu, ada beberapa catatan sebagai berikut:

Pertama, jika mengacu pada persaingan jor-joran di putaran pertama, sekali lagi, saya cenderung menyimpulkan bahwa perolehan suara Ahok-Djarot yang 43% telah mencapai batas maksimalnya, sudah mentok. Bahkan bila tidak kreatif, perolehan suara yang 43% tersebut justru mungkin akan tergerus oleh isu-isu seksi: dugaan penistaan agama, sentimen negatif tersangka di pengadilan, dan tentu serangan kubu pesaing. Artinya berat nian bagi Ahok untuk meningkatkan pundi-pundi suaranya.

Kedua, memang masih terdapat suara tidak sah yang jumlahnya lumayan (75.536 suara), dan pasti juga menjadi ajang perebutan. Hanya kita tidak memiliki acuan untuk memprediksi ke arah mana bandul suara tidak sah itu akan berayun di putaran kedua. Selain itu, seperti dilansir oleh Mendagri, pada putaran pertema terdapat sekitar 56.000 pemilih yang tidak bisa menggunakan hak pilihnya.

Ketiga, masing-masing dari dua kubu itu, Ahok-Djarot dan Anies-Sandi, tentu akan memainkan kartu trufnya dan akan memaksimalkan segala sumber daya. Dan pertempuran udara itu sudah dimulai.

Keempat, sebelum berupaya merebut suara para mantan pemilih Agus-Sylvi, pekerjaan berat bagi kedua kubu adalah mempertahankan suara yang telah diperoleh pada putaran pertama. Dan ini juga tidak mudah.

Kelima,dari empat parpol mantan Koalisi Cikeas (PD, PPP, PAN, PKB), tiga di antaranya (PD, PPP, PAN) sudah melakukan komunikasi politik dengan kubu Anies-Sandi. Hanya PKB yang belum terlihat bermanuver. Artinya, PD, PPP dan PAN cenderung akan bergabung dengan kubu Anies-Sandi. Ini keunggulan buat Anies-Sandi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun