Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Bersedekah dengan Cara yang Inspiratif

12 Maret 2024   05:30 Diperbarui: 12 Maret 2024   05:41 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Sedekah merupakan ibadah sunnat yang dapat dilakukan kapan saja, di mana saja dan untuk siapa saja. Sedekah memiliki pesan solidaritas dan misi kemandirian komunitas umat.

Biasanya sedekah lebih sering dilakukan secara insidental. Namun sedekah juga bisa dilakukan secara permanen bahkan seumur hidup. Berikut tiga cara bersedekah yang inspiratif

Memborong bakso

Saya punya sahabat, berinitial AF, yang punya cara unik dan inspiratif ketika membantu dan berbagi dengan orang lain.

Suatu hari si AF pulang kampung ke rumah orangtuanya di wilayah Pantura. Pada suatu sore, AF menghentikan penjual bakso gerobak yang melintas di depan rumahnya, kemudian bilang ke Tukang Bakso: "Saya ingin Abang menaksir semua sisa baksomu yang belum terjual di gerobak ini".

Si tukang bakso hanya perlu waktu beberapa menit dan menjawab sigap: "Saya baru keluar, pak. Biasanya dagangan saya total sekitar 60 mangkok per hari, dan baru sempat menjual 10 mangkok. Berarti masih sisa sekitar 50 mangkok".

AF: "Harga satu mangkoknya berapa, Bang?"

Tukang bakso: "Rata-rata Rp10.000 rupiah pak. Kalau dikalikan 50 mangkok yang tersisa, total nilainya Rp500.000".

Tanpa pikir panjang, Si AF merogoh dompetnya dan mengeluarkan 5 lembar uang merah (pecahan Rp100.000), lalu menyerahkannya kepada tukang bakso, sambil berkata, "Saya beli semua baksonya, Bang".

Si Tukang Bakso heran, makanya dia langsung bertanya: "Bapak mau makan semua baksonya?".

"Tentu tidaklah, Bang", jawab si AF sambil tersenyum dan kemudian melanjutkan: "Bang, kamu lihat sekumpulan anak-anak yang sedang bermain itu, tawari mereka makan bakso yang sudah saya bayar itu".

"Kalau baksonya masih sisa, tawarin kepada anak-anak muda dan ibu-ibu tetangga saya di sepanjang gang ini", lanjutnya.

"Nah, kalau semua orang di gang ini sudah makan bakso, dan ternyata baksonya masih sisa juga, Abang terus jalan berjualan secara normal, dan kalau ada yang mau beli, sajikan baksonya, tapi kalau pembeli itu mau bayar, jangan ambil uangnya! Bilang saja baksonya gratis, karena sudah diborong oleh seseorang."

Singkat cerita, di sore hari itu, AF merasakan suasana batin yang plong dan bahagia, karena sudah membuat gembira anak-anak dan tetangga yang makan bakso gratisan sore itu. Dan pada saat yang sama, membahagiakan dan mengurangi beban si Tukang Bakso, karena hari itu dia tidak harus keliling kampung berjualan bakso yang kadang sampai malam, yang belum tentu laku terjual semuanya.

Membayar tagihan rekening listrik masjid

Teman lain, sebut saja si Fulan, memilih bersedekah yang juga tak kalah inspiratifnya. Tanpa menyebut sejak tahun berapa persisnya, Si Fulan bercerita telah bersedekah rutin dengan cara membayar rekening listrik masjid di kampung asalnya.

Nilainya tidak terlalu besar (kurang dari Rp200.000). Dan nilainya bertambah sedikit untuk tagihan bulan Ramadhan.

Kepada pengurus masjid, si Fulan menyampaikan niat dan komitmen akan membayar tagihan listrik masjid, selama kondisi keuangannya masih memungkinkan.

Selain itu, jika instansi tempatnya bekerja menugaskannya ke kota lain, setelah tiba di lokasi penempatan yang baru, hal pertama yang dilakukan adalah mencari masjid, lalu menyampaikan komitmennya kepada pengurus masjid bahwa dirinya akan membayar rekening listrik masjid tersebut selama bertugas di kota tersebut.

Sambil bercanda ke saya, Si Fulan bercerita begini: komitmen bersedekah dengan cara membayarkan rekening listrik masjid di kampung asli, atau rekening listrik di tempat penugasan baru, saya melakukannya dan memposisikannya sebagai "jimat keselamatan".

Berbagi takjil gratis 

Sejak beberapa tahun belakangan, di Jakarta dan beberapa kota lainnya, setiap menjelang waktu buka puasa di jalan-jalan tertentu, terlihat ada sekelompok orang yang membagikan takjil (makanan-minuman pembatal puasa ) kepada pelintas jalan: pengendara roda dua, roda empat, pejalan kaki, dan warga di sekitar lokasi membagikan takjil itu.

Saya pernah iseng bertanya kepada seorang yang sedang membagikan takjil gratis tersebut.

Dia bercerita begini: saya kebetulan cuma ditugasi membagikan takjil kepada semua pelintas jalan (tanpa pilah-pilih). Jumlah takjil yang dibagikan sekitar 100 (seratus) porsi/bungkus. Kira-kira nilainya sekitar Rp30.000 per porsi/bungkus. Lokasi pembagiannya berpindah-pindah.

Biaya pembuatan takjil itu, termasuk upah pekerja yang membagikannya di jalan raya, sepenuhnya ditanggung oleh seseorang yang meminta namanya tak disebutkan. Dan itu dilakukan selama sebulan penuh Ramadhan.

*-*-*

Seperti ibadah lainnya, sensasi kenikmatan bersedekah hanya mungkin dirasakan setelah bertahun-tahun aktif dan rutin melakukannya. Dan pengalaman batin itu akan berujung pada kondisi yang mirip candu: ketagihan bersedekah.

Banyak jalan menuju Makkah
Beragam cara meraih berkah
Bersedekah mengimbangi serakah
Memburu pahala menggali hikmah

Syarifuddin Abdullah | Jakarta, Selasa 12 Maret 2024/ 02 Ramadhan 1445H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun