Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Amerika Serikat Vs China: Preman Lama yang Gugup Ditantang Preman Baru

30 April 2023   22:00 Diperbarui: 3 Mei 2023   07:53 1946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun kenapa Amerika dan Barat terkesan gugup menghadapi China. Alasannya sederhana: karena hanya persoalan waktu saja bagi China untuk memiliki jumlah kapal induk yang setara dengan Amerika.

Meskipun kita tahu, biaya pembuatan dan pengoperasian satu uni kapal induk memang mahalnya selangit.

Untuk memproduksi kapal induk ke-11 (USS Gerald R Ford), Amerika menggelontorkan biaya sekitar USD128 miliar (setara Rp192 triliun dengan asumsi kurs Rp15.000 per 1 USD).

Jumlah ini lebih besar dibanding anggara militer RI dalam setahun. Setelah jadi, dan siap dioperasikan, menurut sebuah kajian, kapal induk USS Gerald R Ford memerlukan biaya operasional harian: USD 2,5 juta (setara Rp37,5 miliar per hari dengan asumsi kurs Rp15.000 per 1 USD).

Memang China sudah mulai menjajaki memperluas jelajah pengaruh maritimnya di wilayah Samudera Hindia (Indian Ocean). Tapi kehadiran militer China masih sangat terbatas. Sejak 2017, China baru mampu membuka pangkalan militer di Djibouti, di Tanduk Afrika.

Juga muncul spekulasi bahwa China membangun radar pengintaian di Sri Langka, dan post pengintaian dan pendengaran (survailance and listening post) di Pulau Coco Myanmar.


Selain itu, ada rumor yang persisten tentang rencana Angkatan Laut China membangun pangkalan di Pelabuhan Hambantota Sri Langka dan Pelabuhan Gwadar Pakistan.

Juga ada rencana China membangun pelabuhan dagang di Bagamoyo, Tanzania, yang kemudian memicu spekulasi bahwa kemungkinan pelabuhan dagang itu nantinya akan difungsikan sebagai pangkalan militer.

Dan ambisi China untuk menjadi pemain kunci di tujuh samudera memang tidak boleh dianggap enteng. Meskipun itu mungkin baru akan terealiasi dalam satu dekade ke depan.

Saat ini saja, sudah muncul wacana tentang rencana China membangun Armada Samudera Hindia (Indian Ocean Fleet). Dan kalau mau jujur, ambisi inilah yang menjadi salah satu pemicu dan kemudian direspons oleh Amerika dengan rencana mengaktifkan kembali Armada-1-nya di Indian Ocean (yang nota bene dibubarkan puluhan tahun).

Tetapi sekali lagi, sejauh ini, pengaruh China hampir tidak hadir dan tidak punya pengaruh maritim di perairan Teluk Persia, Laut Mediterrania, Laut Hitam, Luat Utara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun