Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Lelaki Paruh Baya (14): Doa yang Kehilangan Sentuhan Magisnya

9 November 2022   10:41 Diperbarui: 9 November 2022   10:52 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam berkali-kali kesempatan, Randu sang Lelaki Paruh Baya (LPB) sering didaulat membaca doa untuk berbagai macam acara.

Dan bagi Randu, doa berbahasa Indonesia, yang dibacakan secara spontanitas tanpa teks cenderung lebih diresapi dan lebih khusyuk.

Meski tak semua pembaca doa mampu berdoa secara spontan dan tetap bagus dalam bahasa Indonesia. Catatan: para kiai di pondok-pondok, umumnya membaca doa bahasa Arab tanpa teks.

Pada sebuah acara resmi, Randu diminta membaca doa, tapi harus menyiapkan teks lebih dulu.

Setelah Randu menyiapkan teks doa, dan diperlihatkan kepada panitia acara, seorang panitia entah dengan asumsi apa, coba mengotak-atik dan mengedit teks doa itu. Padahal editannya tidak substantif.

Sambil bercanda, Randu bilang begini kepada panitia itu, "Teks doa itu sudah ditirakatin setiap kata dan kalimatnya. Jadi kalau diedit, teks doa itu akan kehilangan sentuhan magisnya".

Tapi panitia itu nggak paham candaan satire Randu. Ketika acara dilaksanakan, Randu membaca doa sesuai dengan teks aslinya (bukan teks hasil editan-koreksian penitia).

Oleh karena banyak pendengar doa yang memuji doa yang asli, panitia juga tak punya alasan untuk menegur kenapa Randu tidak membaca hasil editan-koreksian panitia.

Dengan alasan yang beragam, tiap kali selesai membaca doa, banyak orang yang berkomentar langsung kepada Randu: "Doanya bagus, Randu".

Dan kayaknya, maksud doa yang bagus ini antara lain: sesuai konteksnya, kalimat doanya tersusun baik, diksi yang tepat, dan intonasi bacanya yang enak-nyaman di telinga pendengarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun