Updating data terbaru serangan teror di Sri Lanka sampai Selasa, 24 April 2019 (tiga hari setelah 8 ledakan kembar pada Ahad, 21 April 2019):
Korban tewas: 360 orang (dan masih mungkin terus bertambah).
Korban cedera: > 500 orang.
Terduga pelaku: aparat keamanan Sri Lanka sudah menangkap lebih dari 100 orang, dan kecenderungannya akan terus bertambah.
Islamic State (IS) mengklaim, serangan Sri Lanka dilakukan 7 (tujuh) pelaku bom bunuh diri:
1. Abu Hamzah di Gereja St Anthony-Colombo.
2. Abu Khalil di Gereja St Sebastian-Negombo.
3. Abu Muhammad di Gereja Zion-Batticaloa.
4. Abu Ubayda di Shangri-la Hotel-Colombo. Beberapa sumber menyebutkan, Abu Ubayda adalah nama alias dari Ilham Ahmed Ibrahim (31 tahun).
5. Abu al-Bara'a di Hotel Cinnamon Grand-Colombo. Beberapa sumber menyebutkan, Abu al-Bara'a adalah nama samaran dari Imsath Ahmed Ibrahim (33 tahun).
6. Abu Mukhtar di Hotel Kingsbury.
7. Abu Abdullah di Dematagoda.
Catatan:
Pertama, dari segi jumlah korban yang mencapai 360 orang menunjukkan serangan Sri Lanka jauh lebih dahsyat dibanding Bom Bali-1, Oktober 2002 yang menewaskan 200 orang lebih dikit.
Kedua, klaim IS tentang tujuh pelaku bom bunuh diri yang beraksi sekaligus di tujuh titik adalah sungguh di luar dugaan bahkan oleh pakar terorisme sekalipun. Fakta ini bisa jadi merupakan kasus pertama dalam sejarah aksi teror.
Ketiga, dalam catatan beberapa lembaga riset yang fokus terhadap terorisme global, tercatat hanya 32 warga Sri Lanka yang pernah pernah dan bergabung dengan IS di Suriah dan/atau Irak. Dan tidak pernah ada keterangan pasti apakah ke-32 orang tersebut tewas di Suriah atau Irak, atau mereka kembali ke Sri Lanka.
Keempat, dalam standar ukuran apapun, aksi teror Sri Lanka memang sungguh kejam. Jangan heran jika ke depan, tanggal 21 April 2019 mungkin akan dicatat sebagai awal baru spiral kekerasan dan teror di Sri Lanka. Masih sulit memprediksi akan seperti apa ujung dari spiral kekerasan dan teror itu.
Kelima, pertanyaan kunci yang mungkin tidak akan pernah terjawab secara sempurna dan meyakinkan adalah: mengapa di Sri Lanka?
Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 25 April 2019/ 19 Sya'ban 1440H