Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Geliat Kehidupan di Gunung Merapi, Kala Ini

4 September 2017   06:38 Diperbarui: 4 September 2017   18:29 2467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi. Batu Alien di Merapi

Sabtu, 2 September 2017, saya menghadiri acara reunian SD Inpres di kawasan Merapi, di wilayah Sleman. Saya mengamati sejumlah kegiatan warga di sekitar Merapi, yang bisa dirangkum dalam satu kalimat: geliat Merapi.

Pertama, kesedihan akibat erupsi terakhir tahun 2010, di raut wajah sebagian besar warga sekitar Merapi, tak lagi tersisa. Sangat sedih memang pada saatnya, tapi kehidupan harus terus berlanjut.

Bahkan sore itu, ketika berkunjung ke bekas rumah Mbah Marijan, istri almarhum Mbah Marijan dengan senyum seorang nenek, yang tampak pasrah dan bersahaja, sibuk meladeni pengunjung lokasi bekas "Petilasan Mbah Marijan", baik untuk sekadar menjabat dan mencium tangannya, yang telah keriput atau bertanya tentang sesuatu. Istri Mbah Marijan tampak bahagia.

Dokumen pribadi. Bersama istri almarhum Mbah Marijan
Dokumen pribadi. Bersama istri almarhum Mbah Marijan
Kedua, tiap musibah, yang muncul akibat bencana alam, tetap mesti dikenang, walau tak harus dengan tangisan sedu-sedan. Geliat atau kenangan itu diabadikan dalam bentuk beberapa museum, yang dari tampilan gedung ataupun lokasinya, tampaknya dikelola secara partikelir oleh kelompok warga.

Ketiga, sekitar pukul 15.00 WIB, saya tiba di Pos Kaliadem, yang menurut pemandu, merupakan pos paling tinggi untuk pengunjung umum, berjarak sekitar 2,5 Km dari pucuk Merapi, yang sore itu tertutupi awan mendung.

Di Pos Kaliadem inilah terletak Bunker Kaliadem, yang dibangun pada 2001, yang kemudian difungsikan pada erupsi 2006, namum tak lagi digunakan pada Erupsi 2010, mungkin karena dinilai tidak efektif sebagai lokasi perlindungan sementara ketika Merapi meletus.

Dokumen pribadi: Bunker Kaliadem.
Dokumen pribadi: Bunker Kaliadem.
Di dalam bungker, terdapat bongkahan batu yang dari ukuran diameternya, gak mungkin masuk melalui pintu besi berukuran normal. Menurut cerita pemandu, batu adalah material muntahan erupsi Merapi tahun 2010. Batu itu masuk ke bungker masih berbentuk lelehan panas, dan ketika mendingin membentuk bongkahan yang menyatu. Pada erupsi tahun 2006, ada dua warga yang berlindung di bunker, dan keduanya tewas. Satu dekat pintu bunker, satunya lagi tewas seperti direbus di bak mandi, karena air di dalam bak ikut mendidih.


Keempat, Merapi tak pernah berhenti menciptakan dan memunculkan misteri. Ketika erupsi 2010, ribuan bongkahan batu yang dimuntahkan dan terlontar jauh dari pucuk merapi, membumihanguskan semua yang disentuhnya.

Di pos pendakian kedua terdapat sebuah batu berdiameter kira-kira 20 meter. Bisa dibayangkan kekuatan yang melontarkannya dari perut bumi (entah pada kedalaman berapa), terdorong naik ke mulut/puncak letupan, dan terlontar sejauh sekitar 5 Km. Dahsyat.

Batu berdiameter 20 meter itu, separuhnya tertanam ke dalam tanah, dan menurut cerita para warga, persis di bawah batu itu, tertimbun beberapa rumah warga dan penghuninya. Batu itu menjadi unik karena bagian yang terlihat di permukaan tanah, salah satu sisinya terlihat menyerupai kepala manusia (mata, hidung, mulut dan pipi: lihat foto ilustrasi). Karena bentuknya gak sempurna, warga menyebutnya dan memperkenalkannya kepada pengunjung dengan nama "Batu Alien".

Dan biasa, warga Yogya yang meyakini kuat sentuhan Kejawen, selalu punya tafsiran khusus untuk benda-benda yang aneh. Nah, menurut pemandu, bagian Batu Alien yang menyerupai wajah manusia itu, persis menghadap ke Keraton Yogya (saya tidak tahu apakah benar wajah batu itu menghadap ke Keraton). Cuma tidak/belum ada tafsiran lanjutannya kenapa menghadap ke Yogya. Tapi seorang warga mengatakan, boleh jadi, Batu Alien itu semacam peringatan dini atau restu dini tentang kemungkinan Keraton Yogya akan dipimpin oleh seorang Putri yang nantinya akan disebut "Kanjeng Ratu Keraton Yogya".

Kelima, dari sekian geliat Merapi, salah satu yang paling menonjol adalah tersedianya jasa angkutan Jeep untuk mendaki Merapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun