Mohon tunggu...
Febri Trifanda
Febri Trifanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lux in tenebris

Sitou timou tumou tou

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Refleksi Kritis Milad HMI Ke-75: Perjalanan Panjang HMI

4 Februari 2022   17:27 Diperbarui: 4 Februari 2022   17:29 2315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tepat pada 05-Februari-2022, Organisasi yang bernama Himpunan mahasiswa Islam (HMI) merayakan Milad (hari kelahiran) nya yang ke 75. Sebagaimana telah menjadi tradisi di masyarakat seluruh dunia, ketika berbicara tentang hari kelahiran, baik itu di tataran personal atau komunitas sosial. Perihal ini sangat identik sekali dengan perayaan-perayaan simbolis maupun ceremonial untuk merefleksikan sesuatu ataupun me-regresi ingatan pada hal yang telah berlalu (silam) guna memunculkan harapan dan doa, ide dan gagasan ataupun hanya sekedar perayaan simbolik tanpa memuat substansi didalamnya.

Dalam artian lain, ketika kita kehilangan substansi dari sesuatu maka yang kita pegang sejatinya adalah aksidenta semata.  Kehilangan substansi disini dimaksudkan sebagai kegagalan seseorang dalam menangkap makna dan inti dari sesuatu secara tepat dan akurat. Sehingga nya substansi tersebut akan berubah menjadi simbolis atau atributif semata. Nah di tulisan ini, kita akan menyelami judul di atas sampai ke dasar ataupun hal-hal yang fundamental dan radikal. Sebelum masuk kedalam ruang yang lebih jauh, alangkah lebih baiknya kita mulai dari pintu dan pondasinya agar lebih terstruktur dan sistematis dalam penjabaran nya. Untuk itu mari kita mulai dari definisi terlebih dahulu.

A. Refleksi
Secara etimologis, refleksi berasal dari bahasa inggris yaitu "reflection" yang berakar dari bahasa latin "reflectere". artinya adalah "Melengkung ke belakang". Sedangkan secara terminologi refleksi adalah meditasi yang mendalam untuk memeriksa sesuatu guna mendapatkan ide dan gagasan.
Sementara kata kritis, berasal dari kata "kritikus", "kritikos"  yang artinya "menilai" atau ia mengidentifikasi kapasitas intelektual dan cara "menilai", "menilai", "untuk menilai", serta "mampu membedakan nya".

Kritis atau critical juga bisa didefinisikan sebagai upaya melibatkan penilaian yang terampil tentang kebenaran, prestasi, dll. Didalam sejarah, orang yang pertamakali dianggap sebagai "Bapak Kritis" ataupun orang yang pertamakali memperkenalkan metode berpikir Kritis adalah Sokrates. Ia telah menemukan suatu metode pembelajaran yang dikenal sebagai "Socratic Questioning" Dalam metode tersebut,  ia menetapkan pentingnya mencari bukti yang teliti untuk menguji pemikiran dan asumsi-asumsi, analisis konsep-konsep dasar, dan menyampaikan implikasi ke luar yang tidak hanya dari apa yang dikatakan, tetapi apa yang dilaksanakan.  Lalu apa yang dimaksud dengan berpikir reflektif dan berfikir kritis ?.

Menurut Busthan Abdy Berpikir reflektif itu sifatnya internal, yaitu upaya menemukan ide-ide kritis di dalam diri sendiri (2016;134). sementara Berpikir kritis dalam pandangan John Dewey artinya adalah pertimbangan yang sifatnya aktif, persisten (terus-menerus) dan teliti, mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja, dengan dipandang dari sudut alasan yang mendukungnya, dan kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya (Dewey, 1909:9).(5). Jadi dapat disimpulkan bahwa berpikir reflektif-kritis atau Refleksi Kritis artinya berpikir secara terus menerus guna mendapatkan ide-ide kritis didalam diri sendiri atau suatu kelompok ataupun komunitas sosial.

Lalu kapan refleksi kritis itu muncul? Dan kenapa ia muncul ?. Kita akan coba menjawab nya dalam konteks optik geometris sebagai alat ukur nya. Didalam optik geometris "Refleksi (atau pemantulan) adalah perubahan arah rambat cahaya ke arah sisi (medium) asalnya, setelah menumbuk antarmuka dua medium". Refleksi atau pantulan cahaya terbagi menjadi 2 tipe: specular reflection (Refleksi Spekuler) dan diffuse reflection (Refleksi Difusi). Specular reflection menjelaskan perilaku pantulan sinar cahaya pada permukaan yang mengkilap dan rata, seperti cermin yang memantulkan sinar cahaya ke arah yang dengan mudah dapat diduga. Kita dapat melihat citra wajah dan badan kita di dalam cermin karena pantulan sinar cahaya yang baik dan teratur.

Sementara Diffuse reflection menjelaskan pemantulan sinar cahaya pada permukaan yang tidak mengkilap seperti pada kertas atau batu (6). Jika kita tarik dalam konteks ke-HMIan. Kita bisa menganggap bahwa Cahaya itu adalah Citra HMI sebagai kader umat dan kader bangsa dan pantulan dari sebuah obyek itu adalah konflik dan masalah yang dihadapi oleh HMI (Masalah substantif ; Bercahaya; dan sebaliknya). Dimasa lalu, HMI turut serta dalam perjuangan bangsa seperti meredam pemberontakan PKI Muso di madiun dan solo (1948), melawan agresi militer belanda (1949), sampai pada puncaknya yaitu turut andil menjatuhkan otoritarianisme orde baru (1998). Oleh karena masalah yang substansial tersebut, HMI menjadi lebih bersinar dan bercahaya. Dalam artian nya HMI bercahaya dikarenakan mampu menyelesaikan persoalan dan polemik yang dihadapi oleh umat dan bangsa (Refleksi Spekuler).

Namun kini agaknya, HMI malah terjebak dalam masalah-masalah yang tidak substantif (bercahaya). Oleh karena nya, Citra HMI pun semakin redup di bumi pertiwi ini. Tak mungkin obyek yang tidak mengkilap mampu memantulkan cahaya. Kita bisa melihat bagaimana HMI dewasa ini yang lebih sering berkonflik di internal nya sendiri sehingga wilayah-wilayah eksternal pun menjadi tidak terjamah. Itulah yang kita maksudkan sebagai "diffuse reflection" atau refleksi difusi. Lalu kapan Dan Kenapa refleksi Itu muncul? Tentunya karena ada pergeseran nilai yang terjadi dari forma ideal nya yang didorong oleh kesadaran, baik kesadaran individual maupun kesadaran kolektif. Seperti Tujuan HMI dipasal 4 AD, tatkala terjadi pergeseran nilai (konotasi negatif), maka hal Ini sangat potensial atau memungkinkan untuk melahirkan refleksi kritis untuk menghasilkan terobosan baru.

B. Milad
Kata Milad berasal Dari Bahasa Arab "Walada" yang berarti "Kelahiran". kata Milad merupakan Isim Mashdar dari Fi'il Madli yang sama. Di Indonesia sendiri Kita juga sering menjumpai Kalimat "Yaumul Milad" yang artinya "Selamat Ulangtahun". Nah, kita akan melacak genealogi tradisi Ini supaya tidak memunculkan kefanatikan kita pada penting atau tidaknya perayaan ini dilakukan. Kita akan Lacak dalam transisi tradisi perayaan nya dalam beberapa hal berikut :

1. Bangsa Mesir Memulai Tradisi Perayaan Ulang Tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun